Surakarta – Diskusi publik bertajuk “Pilkada, Media Sosial, dan Mood Swing: Pilihan Pemilih Muda” sukses digelar oleh Configured Indonesia, bagian dari Karavan Media Network and Research (KMNR), pada Sabtu, 2 November 2024, di Adhiwangsa Hotel and Conventions, Solo. Acara hybrid ini menarik lebih dari 50 peserta, baik yang hadir secara langsung maupun daring, dengan antusiasme yang tinggi.
Diskusi ini mengupas hasil riset “Eksplorasi Pandangan Anak Muda Terhadap Pilkada Kota Solo: Partisipasi, Aspirasi, dan Harapan”, yang memadukan pendekatan kuantitatif dan kualitatif untuk memahami persepsi pemilih muda terhadap Pilkada Kota Solo. Sebanyak 400 responden berpartisipasi dalam survei, sementara 13 informan diwawancarai secara mendalam. Hasilnya memberikan wawasan mendalam tentang berbagai faktor yang memengaruhi pilihan politik generasi muda, termasuk peran media sosial dan tantangan yang dihadapi dalam partisipasi politik.
Acara ini menghadirkan tiga narasumber berkompeten: Aris Arif Mundayat, Ph.D. (Akademisi FISIP UNS), Mintorogo, S.E., M.M. (Praktisi dan Tokoh Masyarakat Surakarta), dan Hafidz Mutiara Nisa, M.Psi., Psikolog (Psikolog Klinik Utama Kasih Ibu Sehati (KUKIS)). Para narasumber berbagi perspektif mengenai dinamika pilihan politik pemuda, tantangan dalam penyebaran informasi, serta pengaruh media sosial dalam pembentukan opini politik.
Temuan Utama dari Hasil Riset:
– Partisipasi Politik: Sebanyak 53,2% responden mengaku pernah berpartisipasi dalam Pilkada, dengan relevansi politik dan harapan akan perubahan sebagai motivasi utama.
– Sikap dan Harapan Pemuda: Generasi muda menunjukkan kesadaran akan peran penting mereka dalam pembangunan menuju bonus demografi 2045, meski skeptisisme terhadap proses politik masih ada.
– Tanggung Jawab Warga Negara: Sebanyak 83,3% merasa memiliki tanggung jawab untuk berpartisipasi dalam Pilkada, berharap pemimpin yang akomodatif terhadap aspirasi anak muda.
– Pengaruh Media Sosial: Media sosial menjadi sumber utama informasi politik bagi 48,8% responden, meski arus informasi cepat kerap memicu mood swing dan perubahan pandangan.
– Kendala Informasi: Kurangnya informasi menjadi hambatan bagi 27,2% responden dalam berpartisipasi, sehingga dibutuhkan akses informasi yang lebih mudah dari lembaga terkait.
Dalam diskusi ini, Aris Arif Mundayat, Ph.D., menjelaskan bahwa kecanduan gadget pada generasi muda memicu fenomena fatherless dan motherless. Psikolog Hafidz menambahkan, pada usia 18-25 tahun, anak muda rentan mengalami krisis identitas, diperparah dengan kecenderungan mood swing akibat ketergantungan pada informasi di media sosial. Sementara itu, Mintorogo menyoroti pentingnya dukungan konkret berupa fasilitas dan ruang berkreasi bagi generasi muda Solo agar meningkatkan kepercayaan mereka pada pemimpin daerah.
Diskusi ini menyimpulkan perlunya kolaborasi antara masyarakat, pemerintah, dan media untuk membentuk pemilih muda yang kritis dan berdaya saing. Dengan pemahaman yang komprehensif dan sinergi lintas sektor, diharapkan generasi muda dapat berpartisipasi secara lebih aktif dalam Pilkada dan membangun masa depan yang lebih baik.
“Masa depan adalah milik mereka yang percaya pada keindahan impian mereka,” ujar salah satu pembicara, mendorong generasi muda untuk berani berpendapat dan terlibat aktif dalam menentukan arah bangsa.
Untuk informasi lebih lanjut tentang diskusi publik dan hasil survei ini, atau untuk wawancara, silakan hubungi:
Nabhan Fadlan
Manager – Configured Indonesia
Telepon: 082331237399
Email: [email protected]
Situs Web: [www.kmnrc.com](https://www.kmnrc.com/)