Rahasia Sukses Jamu Larasati: Dari Resep Warisan Nenek Hingga Menembus Pasar Internasional!

Solo – Jamu Larasati, sebuah usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang berlokasi di Jalan Kahuripan 78, Sumber, Kecamatan Banjarsari, Kota Surakarta, berhasil menarik perhatian masyarakat dengan minuman tradisional berbahan dasar rempah yang tak hanya lezat, tetapi juga menyehatkan. Didirikan oleh Islasia Diena Sandra pada Januari 2012, Larasati memproduksi berbagai varian jamu yang diolah dari bahan-bahan herbal alami berkualitas.

“Saya memulai usaha ini setelah resign dari pekerjaan saya sebagai HRD dan legal di sebuah perusahaan swasta. Saya ingin mengangkat kembali resep jamu yang diwariskan oleh nenek saya, Eyang Inem, sejak tahun 1950,” ujar Sandra.

Bacaan Lainnya

Jamu Larasati hadir dengan lima varian: beras kencur, kunir asem, temulawak, gula asem, dan kencur jeruk. Semua produk ini diproses secara higienis dan dikemas praktis sehingga mudah dibawa dan dikonsumsi kapan saja. Proses produksi yang higienis membuat jamu ini mampu bertahan hingga 60 hari pada suhu 1 derajat Celcius.

“Resep jamu nenek saya saya sesuaikan dengan selera pasar yang kekinian, sehingga tidak terlalu pekat dan enteng untuk dikonsumsi oleh kaum muda. Awalnya saya titipkan di toko-toko oleh-oleh, restoran, hotel, stasiun, dan bandara, serta tersedia di platform Grab dan GoFood,” tambah Sandra.

Usaha Sandra tidak berhenti di situ. Pandemi COVID-19 justru meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan, sehingga omset Jamu Larasati mengalami peningkatan. Selain varian ready to drink, Larasati juga menawarkan versi serbuk dan sirup, yang memudahkan pengiriman ke luar kota dan luar negeri.

“Saat ini, produk kami sudah dibawa oleh diaspora Indonesia ke Abu Dhabi dan Belanda. Rencananya, saya ingin mengembangkan produk ini agar bisa diterima di pasar internasional,” jelas Sandra. Namun, Sandra mengakui bahwa produksi masih terbatas karena peralatan yang digunakan masih semi-manual, sehingga tidak dapat memenuhi permintaan yang tinggi.

Sandra juga memanfaatkan bahan-bahan lokal dari petani sekitar untuk memproduksi jamu Larasati. Dukungan dari pemerintah melalui dinas terkait, seperti pelatihan digital marketing, fasilitasi perizinan, dan pengenalan produk melalui UMKM, sangat membantu perkembangan usahanya.

“Harapan saya, Jamu Larasati bisa menjadi bisnis yang tidak hanya mengejar keuntungan, tetapi juga benar-benar bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Kami ingin produk kami dikenal sebagai identitas Indonesia di mata dunia,” tutup Sandra.

Larasati telah menjadi simbol kebangkitan minuman tradisional Indonesia yang tidak hanya menawarkan cita rasa, tetapi juga manfaat kesehatan yang luar biasa. Dengan kemasan yang praktis dan proses pembuatan yang higienis, Jamu Larasati siap melangkah lebih jauh dan menembus pasar internasional, membanggakan warisan budaya Indonesia.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan