Menyikapi Krisis Budi Pekerti dan Toleransi, Brayat Ageng Kyai Santri Walisongo Gelar Doa dan Ritual Umbul Donga

SOLO – Dalam menghadapi krisis budi pekerti dan toleransi yang melanda bangsa saat ini, para kyai dan budayawan di Solo, yang tergabung dalam Brayat Ageng Kyai Santri Walisongo, menggelar doa dan ritual Umbul Donga. Acara ini dipimpin oleh budayawan Ki Joko Budaya dan Ki Lawu Warta, dengan kidung dan tembang solawat macapat wedhatama sebagai pengiring.

Prosesi Umbul Donga dimulai dengan pembacaan tahlil dan doa untuk leluhur, raja Jawa, pendiri bangsa, dan pahlawan kemerdekaan. Pangarsa Umbul Donga menyatakan bahwa memanasnya kondisi bangsa bukan hanya masalah politik praktis, melainkan akibat memudarnya jatidiri dan budi pekerti generasi penerus. Mereka berjalan tanpa arah, mudah dikendalikan demi kepentingan global.

Bacaan Lainnya

Umbul Donga mencerminkan keprihatinan terhadap generasi penerus yang, meskipun mengaku intelektual, menggunakan cara yang kurang sopan dalam berdemokrasi. Hujatan dan caci maki bukanlah bentuk ekspresi demokrasi yang sesuai dengan nilai-nilai luhur Nusantara.

Dalam keterangannya, pangarsa Umbul Donga menegaskan bahwa demokrasi di Indonesia harus tetap mengakar pada nilai-nilai budaya, etika, dan adab. Generasi muda perlu kembali memahami nilai sejarah dan budi pekerti untuk membangun bangsa menuju Indonesia Emas 2045.

Ritual Umbul Donga juga mencakup sedekah berupa nasi gurih, sega golong, ingkung, dan pasar pala pendem, pala sampar, serta pala gantung. Symbol ini mengandung harapan kepada Tuhan Yang Maha Esa agar memberikan berkah keselamatan dan kemakmuran.

Nasi gurih dan sega wudug melambangkan kesucian hati, sedangkan sega golong menandai keikhlasan dalam menjalani kehidupan. Pala pendem, pala sampar, pala gantung, dan ingkung sebagai simbol kehidupan manusia yang penuh dengan ujian.

Ronggowarsito’s ramalan tentang jaman kalasuba tidak menghilangkan pentingnya usaha dan kerja keras dalam meraih kemakmuran. Para kyai dan budayawan menggelar Umbul Donga sebagai wujud kepedulian terhadap kondisi bangsa, berharap agar terhindar dari bencana dan perpecahan.

Keselarasan dalam Umbul Donga bukan hanya menciptakan ketenteraman dan keselamatan manusia, tetapi juga mencakup hubungan manusia dengan alam dan Tuhan Sang Maha Pencipta. Diharapkan melalui keselarasan ini, keselamatan bagi bangsa dan negara Indonesia dapat terwujud.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan