Nguri-Nguri Cagar Budaya, Festival Pituturan Kendal Digelar Di Gapura Pungkuran Kaliwungu.

Kaliwungu – Dengan membawa tema “Grebek Sumpil”, Festival Pituturan Kendal akhirnya sampai pada putaran ke-6 di Kecamatan Kaliwungu. Lokasi tepatnya berada di Gapura Pungkuran, Desa Kutoharjo yang tidak jauh di sebelah selatan Alun-Alun Kaliwungu. Menurut sejarahnya gapura lawas yang di bawahnya terdapat meriam kecil ini, dahulunya merupakan gapura masuk komplek Ndalem Bupati Kaliwungu.

M Yusril Mirza, Ketua Festival Pituturan Kendal menjelaskan alasan pemilihan lokasi di Gapura Pungkuran karena keberadaan nilai-nilai penting sejarah dan budaya yang terdapat pada gapura tersebut. “Tidak hanya budaya pesantren, Gapura Pungkuran menjadi satu-satu saksi bisu yang tersisa dari sejarah pemerintahan Kabupaten Kaliwungu sebelum melebur menjadi Kabupaten Kendal. Kemudian di sekitar lokasi ini pula, industri batik Kaliwungu pernah tersohor pada akhir abad 19 M yang menyaingi batik Jogja, Solo, dan Pekalongan” ungkap Mirza, yang juga Tim Ahli Cagar Budaya Kendal.

Hal serupa disampaikan oleh Kepala Desa Kutoharjo, Ivan Setyawan dalam sambutannya sangat berterimakasih dengan adanya Festival Pituturan Kendal, karena telah berusaha menghidupkan Gapura Pungkuran. “Acara ini bukan saja sekedar kegiatan pagelaran pertunjukan budaya, tapi yang paling penting dapat memberikan manfaat dari nguri-nguri budaya seperti di Gapura Pungkuran ini” ujarnya.

Festival Pituturan Kendal di Kaliwungu digelar selama dua hari, yakni sabtu dan minggu yang diramaikan dengan berbagai kegiatan kebudayaan, mulai dari Diskusi Budaya Sejarah Batik Kaliwungu, Lomba Kuliner Weh-Wehan, Grebeg Sumpil, Pertunjukan Budaya, Workshop Membatik, Kreasi Payung Lukis Anak-Anak, Pameran Lukisan Seniman Kaliwungu, dan Pameran Kuliner dan UMKM. Salah satu pemuda Karang Taruna terlibat, Rio Febiansyah mengatakan bahwa Festival Pituturan Kendal menjadi kegiatan yang paling ramai dari kegiatan-kegiatan sebelumnya yang pernah ada di kampungnya ini.

Selama Festival Pituturan Kendal di Kaliwungu berlangsung, sumpil menjadi makanan ikonik di kegiatan ini. Makanan berbahan beras yang dibalut dengan daun bambu membentuk segitiga ini, dapat ditemui di Pameran Kuliner dan UMKM. Hal ini tentu unik sebab makanan ini biasanya hanya akan muncul ketika lebaran saja. Pada Lomba Kuliner Weh-Wehan, beberapa kelompok PKK juga menampilkan kreasi sumpil dengan berbagai bentuk, seperti sumpil berisi telur mimi. Diketahui selain sumpil, telur mimi menjadi salah satu makanan khas di Kaliwungu, yang lekat dengan tradisi Tukuder, yaitu tradisi pasar dadakan menyambut bulan Ramadhan.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan