Solo – Calon Wali Kota Solo, Respati Ardi, menghadiri Pengajian Hari Bermuhammadiyah yang digelar oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah (PDM) Solo di Gedung Dakwah Balai Muhammadiyah, Keprabon. Dalam acara tersebut, Respati yang juga menjabat sebagai Badan Pengurus Lazismu Solo, menandatangani Nota Kesepahaman (MoU) dengan Ketua Majelis Pendidikan PDM Solo, Mohamad Ali, terkait program zakat, infak, dan sedekah sebagai bagian dari kurikulum Ismuba (Islam, Muhammadiyah, dan Bahasa Arab).
“MoU ini adalah langkah penting dalam memajukan peran Lazismu sebagai lembaga filantropi yang bermanfaat, tidak hanya untuk warga Muhammadiyah, tetapi juga untuk masyarakat luas sebagai bagian dari dakwah kita,” ujar Respati Ardi sebelum melakukan penandatanganan.
Respati, yang juga maju sebagai Calon Wali Kota Solo dengan nomor urut 2, menyatakan rasa syukurnya atas penandatanganan MoU tersebut. Ia menegaskan bahwa Lazismu Solo telah membuktikan diri sebagai lembaga filantropi yang dapat diandalkan untuk membantu masyarakat dan umat. Seusai pengajian, Respati dikerumuni oleh warga Muhammadiyah yang ingin berfoto bersama. Dengan sabar dan ramah, ia melayani setiap permintaan foto dari warga yang hadir.
Teladani Akhlak Kepemimpinan Kyai Haji Ahmad Dahlan
Pengajian yang digelar dalam rangka Hari Bermuhammadiyah ini juga menghadirkan tausiyah dari Ketua Muhammadiyah Disaster Management Center (MDMC) Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Budi Setiawan. Dalam ceramahnya, Budi Setiawan mengajak jamaah untuk meneladani akhlak kepemimpinan Kyai Haji Ahmad Dahlan, pendiri Muhammadiyah.
“Berbicara kepemimpinan sangat penting, karena ini menyangkut urusan mendasar dalam kehidupan sosial kita,” ujarnya. Budi Setiawan juga menjelaskan delapan akhlak kepemimpinan yang diteladankan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan, antara lain: adil, amanah, tawadhu’ (rendah hati), musyawarah, ikhlas, sabar dalam menghadapi ujian, penuh kasih sayang kepada yang dipimpin, dan tegas dalam menegakkan kebenaran.
Ia juga menegaskan bahwa meski Muhammadiyah berperan penting dalam melahirkan tokoh-tokoh besar bangsa, seperti Jenderal Sudirman dan Ki Bagus Hadikusumo, Muhammadiyah tetap menjadi organisasi kemasyarakatan yang netral dari politik partai. “Muhammadiyah adalah ormas, bukan organisasi politik, walaupun turut berkontribusi dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia,” tutupnya.
Acara tersebut berlangsung khidmat, dihadiri oleh berbagai kalangan dan tokoh Muhammadiyah serta masyarakat setempat.