Solo – Pengurus Daerah Perjuangan Walisongo Indonesia Kota Surakarta secara rutin menyelenggarakan acara “Ngaji Sejarah dan Budaya” setiap Rabu di awal bulan, bertempat di sekretariat Pondok Pesantren As Siroj, Solo. Program ini bertujuan untuk memperkuat karakter sekaligus memperdalam pemahaman sejarah yang diwariskan Walisongo dan leluhur Nusantara, sejalan dengan visi-misi Perjuangan Walisongo Indonesia dalam menjaga serta melestarikan kearifan lokal, baik yang bernilai sejarah, budaya, maupun peninggalannya.
Pada acara Ngaji Sejarah yang digelar Rabu malam (2/10) di Pondok Pesantren As Siroj, terdapat hal istimewa. Rektor Universitas Surakarta yang juga calon Wakil Walikota Surakarta dalam Pilkada 2024, Astrid Widayani, hadir didampingi suaminya, Purnomo. Selain menjalin silaturahmi, Astrid dan suaminya turut mendengarkan cerita sejarah tentang perjalanan Sinuhun Paku Buwono V yang semasa muda pernah membuat ukiran gupala, yakni patung kayu berwajah tokoh pewayangan Rajamala. Patung ini kemudian menjadi hiasan di ujung perahu dan dikenal sebagai Canthik Rajamala, yang kini disimpan di Museum Radya Pustaka, Solo.
Saat sesi ramah tamah, Astrid menceritakan kedekatan keluarganya dengan Kyai Siroj. Meski tidak pernah bertemu langsung, keluarganya, terutama dari pihak suami, memiliki hubungan dekat dengan Kyai Siroj. Purnomo mengisahkan pengalaman keluarganya, saat kakeknya menerima kunjungan Kyai Kusnan dari Matesih pada tengah malam. Kyai Kusnan membawa pesan dari Mbah Siroj dan meminta agar foto Mbah Siroj dipasang di rumah mereka.
Menurut Astrid, kedatangannya ke Pondok Pesantren As Siroj adalah wujud dari kehendak Allah SWT, yang menuntunnya untuk menjalin silaturahmi di tempat itu. Ketua Perjuangan Walisongo Indonesia Kota Surakarta, Sudrajat Kentas Pribadi, menekankan bahwa silaturahmi adalah tradisi penting umat Islam yang harus terus dibangun tanpa memandang status sosial. Silaturahmi, menurutnya, memiliki esensi yang lebih dalam daripada sekadar urusan politik.
Dalam kesempatan tersebut, Sudrajat juga menitipkan enam pesan kebangsaan kepada Astrid Widayani, yang diharapkan dapat menjadi pedoman dalam memimpin Kota Surakarta. Pesan tersebut meliputi: menjaga amanah yang diberikan warga, memelihara integritas dan akuntabilitas, menjaga keragaman dan kearifan budaya Jawa, serta melestarikan peninggalan sejarah. Pesan ini tidak hanya ditujukan kepada Astrid, tetapi juga kepada semua pemimpin Kota Solo saat ini dan di masa depan. Sudrajat menutup dengan mengingatkan bahwa Solo masa depan harus berakar pada Solo masa lalu, yakni sebagai Kota Budaya yang kaya akan kearifan lokal dan warisan sejarah.