SOLO , Yayasan KAKAK bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Surakarta memperingati Hari Tanpa Tembakau Sedunia di Pendhapi Gedhe Balaikota Surakarta. Acara ini didukung oleh organisasi anak muda, Pemuda Penggerak dan Gempita.
Hari Tanpa Tembakau Sedunia, yang jatuh pada 31 Mei, ditetapkan oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) untuk meningkatkan kesadaran akan bahaya produk tembakau terhadap kesehatan manusia, masyarakat, dan lingkungan. Tahun ini, peringatan di Surakarta mengusung tema “Dukung Gerakan Masyarakat Melalui Kampung Keren Tanpa Rokok.”
Sejak 2016, Surakarta telah mengembangkan Kampung Bebas Asap Rokok (KBAR). Pada 2024, terdapat 111 KBAR yang berperan dalam meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya rokok. Tujuan pengembangan KBAR meliputi penguatan implementasi kawasan tanpa rokok, peningkatan kesehatan masyarakat dari paparan asap rokok, pencegahan perokok pemula, penggerakan budaya hidup bersih dan sehat, serta pencegahan angka stunting baru pada anak.
Rokok merupakan faktor risiko utama penyakit tidak menular seperti kanker, penyakit jantung, dan penyakit paru obstruktif kronis. Kebiasaan merokok di Indonesia membunuh sekitar 235.000 jiwa setiap tahun, menjadikan Indonesia pasar rokok terbesar ketiga di dunia setelah China dan India. Data Riset Kesehatan Dasar 2018 menunjukkan bahwa lebih dari sepertiga (33,8%) penduduk Indonesia adalah perokok. Prevalensi perokok remaja usia 10-18 tahun meningkat dari 7,1% (2013) menjadi 9,1% (2018). Penelitian oleh Yayasan KAKAK dan Pemuda Penggerak menunjukkan bahwa 56% perokok anak mulai merokok sebelum usia 12 tahun.
Surakarta menunjukkan komitmen menekan bahaya rokok dengan Peraturan Daerah No. 9 Tahun 2019 tentang Kawasan Tanpa Rokok (KTR). KTR adalah area yang melarang produksi, penjualan, iklan, promosi, dan penggunaan rokok. Implementasi KTR di tingkat masyarakat ditunjukkan melalui KBAR.
Pada peringatan Hari Tanpa Tembakau Sedunia 2024, diberikan KTR Award kepada kampung Bebas Asap Rokok, dengan kategori 5 KBAR terbaik dan 10 besar KBAR, untuk mendorong gerakan ini semakin meluas. Shoim Sahriyati, Direktur Yayasan KAKAK, menegaskan pentingnya apresiasi dan penghargaan dari pemerintah kota untuk gerakan ini, yang diharapkan dapat menginspirasi kampung lain untuk mengembangkan dan mereplikasi gerakan KBAR di wilayah mereka.