Kilas balik jejak industri sang maestro di talksow Relinkspeed TV

Sukoharjo, Kabarjoglo.com – Kepergian sang maestro, Didi Kempot pada 5 Mei 2020 silam menyisakan kerinduan di hati sobat ambyar. Karya – karya “The Godfather of The Broken Heart” seakan tak lekang oleh waktu.

Guna mengenang perjalanan karir bermusik penyanyi yang identik, Relink 24T adakan talkshow yang berjudul ‘Kilas Balik Jejak Industri Sang Maestro’ di Hotel Multazam Syariah Pabelan Kartasura. Talkshow ini juga disiarkan secara live di channel YouTube Relinkspeed TV dan salah satu stasiun TV di Suriname. Sabtu (20/6/2020)

Acara santai namun penuh makna tersebut dipandu oleh MC Widhi Kocrit dengan menampilkan sejumlah narasumber yang merupakan sahabat Didi Kempot, diantaranya Andi Zate, Suryadi Plente, Didit Lare Jawi dan Iwan Lokananta. Serta penampilan khusus dari pelantun lagu Alun – Alun Boyolali Letkol Boby Gaol dan putra sang maestro Staso Prasetyo dengan lagu perdananya Pepujaning Ati yang dirilis di YouTube beberapa waktu lalu.

Acara dibuka dengan duet antara Boby Gaol dan Anggi dengan membawakan lagu ciptaan Almarhum Didi Kempot berjudul Bungkus Saja.

Boby Gaol yang seorang Perwira TNI AU ini, menjelaskan kenapa dia sangat menyukai karya karya Didi Kempot. Dirinya mengaku Stasiun Balapan lah yang membuat dirinya jatuhnya cinta dengan lagu lagu sang maestro

“Saya penempatan awal dinas di Kota Solo pada tahun 2000 turun di Stasiun Balapan, kemudian naik taksi menuju ke Lanud Adi Soemarmo di dalam taksi diputar lagu Stasiun Balapan milik almarhum dan itulah awal mengapa menyukai karya-karya almarhum,” katanya.

Salah satu sahabat seperjuang Didi Kempot, Andi Zate menceritakan awal karir sang maestro pada tahun 1990an. Mulai dari karir di Jakarta maupun di Negeri Kincir Angin Belanda hingga kembali ke Tanah Air sampai mencapai kesuksesan dengan lagu-lagu pop jawa bernuansa cinta.

Selain itu, Suryadi Plente mantan pemain kendang bercerita tentang awal mulai bekerja sama dengan sang maestro, diakuinya banyak pelajaran penting yang dia dapat. Sampai dia akhirnya memutuskan untuk keluar dengan menekuni musik kontemporer.

Didit Lare Jawi juga mengenang kedermawanan almarhum. Diceritakannya, di akhir hayatnya sang maestro lebih cinta kepada sang pencipta.

“Di tengah pandemi COVID 19, almarhum menggalang dana lewat konser virtual dan terkumpul uang milyaran yang langsung disumbangkan kepada masyarakat terdampak secara ekonomi,” jelasnya.

Tokoh masyarakat asal Kartasura, Djuyamto, SH, MH mengungkapkan betapa dia menyukai lagu karya sang maestro yang berjudul Sewu Kutho, diterangkan oleh aktifis sosial kemasyarakatan Kartasura tersebut bagaimana lagu tersebut memang sesuai dengan keadaan hidupnya yang harus berpindah tempat karena tuntutan pekerjaan.

Sementara Iwan dari Lokananta memuji cara almarhum menciptakan karya yang bermutu dan tidak membutuhkan waktu yang lama untuk membuatnya. “Almarhum banyak memberikan pelajaran kepada saya pribadi,” tegasnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan