Menjaga Toleransi dalam menghadapi tantangan Internal dan Eksternal NU di Kota Solo

SOLO – Sebagai bangsa yang memiliki ribuan suku, bahasa dan keragaman budaya, toleransi menjadi hal yang utama dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Keragaman budaya bukan sebuah persoalan yang harus di perdebatkan, akan tetapi menjadi kekuatan dalam menghadapi tantangan jaman yang semakin komplek dan merusak ahklak jika kita tak mampu memfilternya.

Sebagai ormas terbesar di Indonesia, NU memiliki peran sangat penting dalam menjaga dan merangkai toleransi beragama dengan berlandaskan tiga ukuwah yaitu ukhuwah islamiyah ( persaudaraan sesama umat muslim) , ukhuwah wathaniyah ( persaudaraan kebangsaan) dan ukhuwah basyariyah ( persaudaraan sesama umat ) dengan tetap berdiri di tengah sebagai ormas moderat yang tidak condong ke kiri atau ke kanan.

Bacaan Lainnya

Demikian di sampaikan tokoh muda NU Kalurahan Sondakan, Solo, Sudrajat Kentas Pribadi dalam pemikiranya terkait peran NU dalam membangun kekuatan internal dan eksternal di Kota Solo.

Di eksternal, warga NU harus mengisi seluruh lini masyarakat dan menjadi penyeimbang dari berbagai rongrongan kelompok intoleran yang kerap merongrong nilai nilai kearifan di tengah masyarakat. Warga NU juga harus bersikap teguh dalam menjaga budaya, adat dan tradisi yang sejalan dengan visi dan misi para pendiri NU tentang hubul waton minal iman. Warga NU harus tampil dan berani membawa jati diri dengan senantiasa mengedepankan sikap tawadhu’, rendah hati, tidak sombong, tidak angkuh atau merendahkan orang lain.

Di internal jamiyah, jajaran pengurus harus berani melakukan inovasi tata kelola organisasi yang sejalan dengan dinamika perkembangan tehnologi saat ini. Pengurus harus sejalan pada aturan ketetapan, misi dan visi para ulama ahlussunah wal jamaah an nahdliyah. Mampu memanfaatkan tehnologi modern untuk siar dan dakwah. Membuat program kemaslahatan umat, bukan program yang hanya di peruntukan bagi kepentingan pengurus.

Melakukan regenerasi kepengurusan sejalan dengan perkembangan jaman saat ini. Tidak pasif dan malas. Mau memahami persoalan yang ada dengan cara rajin melakukan konsolidasi internal.

Sebagai ujung tombak organisasi, Ranting memiliki andil sangat besar dalam menyampaikan pesan siar kepada masyarakat. Sedangkan pengurus Kecamatan memiliki andil memberikan supervisi kepada jajaran pengurus yang ada di bawahnya. Sehingga tata kelola jamiyah akan selaras dan sejalan dengan kebijakan yang ada di atasnya.

Sebagai pengurus organisasi islam terbesar di Indonesia, Jamiyah merupakan kapal besar yang harus di awaki dan di nahkodai bersama sama sejalan dengan sumpah dan khidmat yang di amanahkan untuk pengurus. Jangan sampai kapal besar tersebut bocor atau di bocori dari dalam hanya karena alasan kepentingan individu dan ketidak cocokan sesama pengurus.

Di kota Solo NU tidak cukup hanya berkiprah di sektor amaliyah saja, akan tetapi juga harus menggarap sosial kemanusiaan dan budaya. Apalagi Solo di kenal sebagai Kota Budaya, kota yang melahirkan beragam ideologi dengan keistimewaan sebagai central kebudayaan dan peradaban Nusantara.

NU bagi Sudrajat tak sekedar ormas islam, akan tetapi rumah besar pesantren yang mengajarkan nilai nilai luhur ajaran para wali yang sanad keilmuanya menyambung sampai ke rassullulah. Baik dari ilmu agama, ahklak dan kearifan yang selaras dengan culture di masing masing daerah.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan