Solo – Susuhunan Pakubuwana I, lahir dengan nama Gusti Raden Mas Derajat pada tahun 1648 di Kraton Plered. Beliau adalah putra dari Susuhunan Amangkurat I dan Kanjeng Ratu Wetan, permaisuri kedua yang berasal dari keluarga Kajoran, keturunan Kesultanan Pajang. Setelah dewasa, beliau diberi nama Bandara Pangeran Harya Puger.
Pada masa pemerintahan ayahandanya, Prabhu Amangkurat I, terjadi pemberontakan oleh Trunojoyo yang kecewa dengan pemerintahannya. Ketika Kraton Plered diserang, Prabhu Amangkurat I bersama putra mahkota, Pangeran Rahmat, melarikan diri ke Batavia. Pasukan Trunojoyo berhasil menduduki Kraton Plered pada Minggu, 18 Sapar 1677. Namun, Pangeran Puger berhasil merebut kembali Kraton Plered. Karena Pangeran Rahmat tidak bersedia menjadi raja, Pangeran Puger menobatkan dirinya sebagai Susuhunan Ngalaga ing Mataram. Namun, setelah kembalinya Pangeran Rahmat dari pengungsian, beliau dinobatkan menjadi Raja Mataram dengan gelar Sunan Amangkurat II dan memindahkan pusat pemerintahan ke Kartasura. Pangeran Puger kembali mendukung pemerintahan kakaknya dengan tetap bergelar Pangeran Puger.
Saat Mataram Kartasura dilanda pageblug kelaparan, Sunan Amangkurat II meminta bantuan Pangeran Puger. Pangeran Puger berangkat ke Astana Kotagede, makam leluhur Mataram, dan bersemedi selama 40 hari di sana untuk memohon kepada Tuhan agar pageblug segera berakhir. Setelah bersemedi, muncul sebuah tompo (gayung beras) yang kemudian dibawa pulang ke Kartasura, dan rakyat Mataram pun tidak kelaparan lagi. Soko guru tempat beliau bertapa kini dilindungi Pancak Suji.
Pada masa pemerintahan Sunan Amangkurat III, yang berniat membinasakan keluarga Pangeran Puger, Pangeran Puger dan keluarganya mengungsi ke Semarang. Di masa pengungsian tersebut, Pangeran Puger dinobatkan sebagai Raja Kraton Mataram Kartasura pada 6 Juli 1704 dengan gelar “Sampeyan Dalem ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Ratu Prabhu Paku Buwana I Senapati ing Alaga Ngah ‘Abdu’l-Rahman Sayidin Panatagama Susuhunan Mataram.” Beliau berhasil menguasai Kraton Kartasura pada 17 September 1705.
Susuhunan Pakubuwana I wafat di Kartasura pada 22 Februari 1719 dan dimakamkan di Pajimatan Imogiri. Beliau meninggalkan 22 anak dari beberapa garwa, yaitu:
1. Radin Ajeng Sendhi, dari Sendhang.
2. Mas Ajeng Tejavati, dari Wotgaleh, Madura.
3. Ratu Mas Blitar/Ratu Pakubuwana, putri Pangeran Arya Blitar IV, Bupati Madiun.
4. Ratnawati, dari Kadilangu.
Di antara anak-anak beliau yang terkenal adalah:
1. RM Papak/RM Sungkawa/RNata Vira/RDipa Taruna/Pangeran Arya Adipati Dipa Negara/Panembahan Eru Chakra Senapati Panatagama.
2. RM Sudhira/RM Teja/RM Suryo Kusumo.
3. GRM Suryo Putra/GRM Wangsa Truna/Susuhunan Amangkurat IV.
4. Pangeran Jagaraga.
5. RM Gusti Sasangka/Pangeran Adipati Purbaya/Gusti Panembahan Purbaya.
6. RM Gusti Sudhama/Kanjeng Gusti Pangeran Adipati Arya Blitar.
7. Pangeran Arya Pamot.
8. RM Mesir/Radin Martataruna/Pangeran Arya Adipati Dipasanta.
9. RM Kawa/Radin Wiryatruna/RM Antawira/Pangeran Arya Adipati Prang Wadana.
Al-Fatihah untuk Sinuhun Pakubuwana I beserta seluruh garwa dan putra-putrinya.
Ditulis oleh K.R.T Koes Sajid Jayaningrat
Foto koleksi Bapak Agus Budi Santoso