Aksi Teatrikal “Kalang Obong” Di Festival Pituturan Kendal Disambut Hangat Masyarakat

Rowosari – akhirnya Festival Pituturan Kendal mencapai di titik ke-4. Berada di kawasan pesisir, festival ini membawakan tema “Kalang Obong” sebagai latar kegiatan kebudayaan ini. M Yusril Mirza, Ketua Festival Pituturan mengatakan bahkan Kalang Obong merupakan salah satu Warisan Budaya Tak Benda Nasional (WBTBN) di Kabupaten Kendal yang keberadaannya berada pada situasi yang rentan akibat masyarakat pendukung budayanya yang semakin berkurang karena keengganan generasi penerus maupun aturan tradisi yang tidak mudah dijalankan oleh pewaris. “Demi mendukung tema, kami memilih Desa Karangsari sebagai lokasi kegiatan festival. Sebab selain dihuni oleh Masyarakat Kalang dengan tradisi Kalang Obong nya, di desa ini juga terdapat Candi Bototumpang sebagai candi tertua di Jawa Tengah. Sehingga keduanya perlu diperhatikan dan sama-sama dilestarikan” ujar Mirza, yang juga Ketua Kendal Heritage ini.

 

Sejak pagi hari, kegiatan Festival Pituturan Kendal dilaksanakan dengan acara “Kirab Budaya Slametan Bototumpang” yang mengelilingi Dusun Bototumpang dan berakhir dengan berdoa bersama di Situs Candi Bototumpang. Pada sore hingga malam harinya kegiatan dilanjutkan dengan pertunjukan budaya, seperti Kesenian Barongan, Kesenian Jaranan, Tari Sadean, Tari Sesonderan dan Teatrikal Kalang Obong. Kepala Desa Karangsari, Komsa’adah sangat mengapresiasi kegiatan festival ini. “Harapanya kegiatan ini tidak hanya ada pada tahun ini, tetapi juga untuk tahun- tahun berikutnya. Dan semoga dengan adanya kegiatan ini warisan budaya yang ada di Kabupaten Kendal termasuk Desa Karangsari bisa dikenal luas oleh masyarakat” jelasnya.

 

Salah satu pertunjukan budaya, yaitu Teatrikal Kalang Obong ternyata mendapatkan perhatian besar masyarakat. Kegiatan yang dilaksanakan dengan latar yang nampak sakral tersebut, berupaya menampilkan tradisi Kalang Obong dalam bentuk seni pertunjukan. Dalam teatrikal ini dilibatkan pula beberapa panitia festival dan mahasiswa KKN UIN Walisongo Semarang. Galih Setyo Aji, salah satu panitia yang ikut teatrikal mengatakan, bahwa sebelumnya ia hanya melihat Kalang Obong yang dilakukan oleh masyarakat Kalang dan sebatas melakukan nyangoni atau sumbangan uang dalam tradisi tersebut. “Meski hanya teatrikal, kegiatan ini tetap memiliki kesan yang sakral karena prosesi yang dilakukan tidaklah sembarangan dan sama dengan tata cara yang aslinya”. A’izatun Atifah, salah seorang mahasiswa KKN menyatakan rasa beruntungnya dapat menyaksikan tradisi Kalang Obong yang masih dilestarikan hingga saat ini. Menurutnya, tradisi ini menyimpan nilai-nilai luar biasa, terlihat pada prosesi nyangoni yang merupakan wujud sedekah sekaligus pengingat akan adanya kematian yang memang perlu dipersiapkan untuk menyambut kehidupan selanjutnya.

 

Dukun Kalang asli, yaitu Mbah Kubro yang juga penampil Teatrikal Kalang Obong dalam penutup pertunjukannya menyatakan bahwa tradisi Kalang Obong perlu dilestarikan sebagai tinggalan nenek moyang, tentu akan sangat disayangkan apabila tidak dilestarikan. “Jangan sampai Kalang Obong kepaten obong (nyala apinya padam atau hilang)” ungkapnya. Setelahnya kegiatan dilanjutkan oleh sesi pemutaran dan diskusi film Kalang Obong dan Holing, sebagai materi pendukung dan penutup dari kegiatan Festival Pituturan Kendal di Rowosari pada malam itu. Yang besoknya dilanjutkan lagi di Desa Tambaksari dengan kegiatan workshop kreatif ecoprint dan manik-manik.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan