Boja – setelah digelar di 6 titik kecamatan secara beruntung pada hari sabtu hingga minggu. Festival Pitururan Kendal pada akhirnya berada di titik ke-7 sekaligus sebagai puncak acaranya. Digelar di Bangunan Cagar Budaya Eks-Kawedanan Boja tersebut, festival ini berlangsung sangat meriah. Hal tersebut dapat dilihat sejak sore hari, masyarakat sudah mulai berkumpul untuk menyaksikan parade gelar tari dari anak-anak Sanggar Nyi Pandan Sari. Tari-tari yang ditarikan, diantaranya Tari Ayam-Ayam, Tari Penyu Mlayu, Tari Merak Sigrak, Tari Macan Rimba, Tari Kidang Kencana, dan Tari Lutung Kesarung 11 Agustus 2024.
Kemudian, pada sore itu terdapat Sosialisasi dan Diskusi Budaya tentang Pelindungan Cagar Budaya. Kegiatan ini diisi oleh Guru Besar Antropologi Undip, Prof. Mujahirin Tohir, M.A. dan Ketua Tim Ahli Cagar Budaya Kendal, Muslichin, M.Pd. dengan moderator Pegiat Sastra Boja, Heri Candra Sentosa. Kegiatan ini didukung oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Kendal, sebagai upaya meningkatkan kepedulian, kesadaran, dan apresiasi masyarakat terhadap cagar budaya, seperti Bangunan Cagar Budaya Eks-Kawedanan Boja.
Pada malam harinya, puncak festival dibuka langsung oleh Kepala Balai Pelestarian Kebudayaan X, Manggar Sari Ayuati, S.S., M.A. dalam Pidato Kebudayaan mewakili Dirjen Kebudayaan menyatakan Festival Pituturan Kendal telah menunjukkan bahwa seni kerakyatan dapat diwujudkan dalam bentuk yang relevan dengan konteks kekinian, sambil tetap mempertahankan esensi tradisionalnya. “Ini adalah praktik baik dari upaya pelestarian budaya yang juga berkontribusi pada pembangunan sosial dan ekonomi daerah” ungkap Manggar. Bahrul Ulum Amalik, Presiden Pelataran Sastra Kaliwungu sekaligus Penanggung Jawab Kegiatan juga sangat berterima kasih atas berbagai pihak yang telah mendukung dan berkontribusi melancarkan Festival Pituturan Kendal hingga di titik ke-7 ini.
Acara ini dihadiri oleh Anggota DPR RI Komisi X, Dr. H. A. Mujib Rohmat, M.H. yang sangat mengapresiasi dan mendukung Festival Pituturan Kendal. Dalam sambutannya, Mujib juga mengajak mengajak masyarakat Kendal untuk ikut menjaga dan melestarikan kebudayaan bangsa sebagai tanggung jawab bersama. “Mari bersama sama nguri-uri kebudayaan bangsa, karena kebudayaan adalah ruh untuk kemajuan bangsa” tuturnya.
Festival semakin meriah dengan berbagai gelar pertunjukan, seperti Marching Band Gita Nirwana, Bedhaya Kalang, Bedhaya Saptorodro, dan Tari Jaran Sundul. Secara khusus dihadirkan pula, Pertunjukan Opak Abang dari Sanggar Langen Sri Budaya Bumi. M Yusril Mirza, Ketua Festival Pituturan Kendal berharap dengan penampilan Warisan Budaya Tak Benda Nasional tersebut, dapat lebih dikenali masyarakat secara lebih luas. “Sesuai tema Beja lan Bejaji, Puncak Festival Pituturan Kendal ingin menghargai Pertunjukan Opak Abang yang seharusnya menjadi aset keberuntungan dan kebanggaan Kendal” jelas Mirza.