Pengaruh Perawatan Kesehatan Primer Terhadap Kemajuan Bangsa

Pengaruh Perawatan Kesehatan Primer Terhadap Kemajuan Bangsa

Sunarno

Mahasiswa S3 Ilmu Lingkungan UNS

.

Perawatan Kesehatan primer adalah pendekatan dasar dalam system kesehatan yang berfokus pada penyediaan layanan kesehatan yang komprehensif, terjangkau, dan mudah diakses oleh seluruh masyarakat. Ini merupakan titik pertama kontak bagi individu dalam sistem kesehatan dan mencakup berbagai layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan kesehatan dasar masyarakat. Perawatan kesehatan primer dirancang untuk dapat diakses oleh semua orang, tanpa memandang status social, ekonomi, atau lokasi geografis. Ini mencakup penyediaan layanan kesehatan di tingkat komunitas dan desa. Layanan perawatan kesehatan primer mencakup berbagai aspek kesehatan, termasuk pencegahan, promosi kesehatan, diagnosis, pengobatan, dan rehabilitasi. Ini mencakup layanan untuk kesehatan ibu dan anak, gizi, imunisasi, pengendalian penyakit menular, dan perawatan penyakit umum.

Salah satu fokus utama perawatan kesehatan primer adalah pencegahan penyakit dan promosi kesehatan. Ini termasuk pendidikan kesehatan, penyuluhan tentang gaya hidup sehat, dan program vaksinasi untuk mencegah penyakit. Perawatan kesehatan primer mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan layanan kesehatan. Masyarakat diharapkan terlibat dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan mereka sendiri. Perawatan kesehatan primer berfungsi sebagai penghubung antara berbagai tingkat layanan kesehatan, termasuk layanan sekunder dan tersier. Ini memastikan bahwa pasien mendapatkan rujukan yang tepat dan layanan yang berkelanjutan. Perawatan kesehatan primer mempertimbangkan faktor-faktor sosial, ekonomi, dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan individu dan komunitas. Ini mencakup pendekatan yang lebih luas terhadap kesehatan, bukan hanya fokus pada pengobatan penyakit. Secara keseluruhan, perawatan kesehatan primer merupakan fondasi penting dalam sistem kesehatan yang bertujuan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan, mengurangi ketidaksetaraan dalam akses layanan kesehatan, dan memastikan bahwa semua individu dapat memperoleh perawatan yang mereka butuhkan.

Pada Tahun 1978 telah dideklarasikan Alma-Ata, yaitu Konferensi Internasional tentang Perawatan Kesehatan Primer. Deklarasi Alma-Ata adalah sebuah dokumen penting yang dihasilkan dari Konferensi Internasional tentang Perawatan Kesehatan Primer yang diadakan di Alma-Ata (sekarang Almaty, Kazakhstan) pada tanggal 6-12 September 1978. Konferensi ini dihadiri oleh perwakilan dari berbagai negara, organisasi internasional, dan lembaga non- pemerintah, dengan tujuan untuk membahas strategi untuk mencapai kesehatan bagi semua. Beberapa poin kunci dari Deklarasi Alma-Ata adalah bahwa Kesehatan sebagai Hak Asasi Manusia. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang fundamental dan bahwa setiap individu berhak untuk mendapatkan akses terhadap layanan kesehatan yang memadai. Perawatan Kesehatan Primer sebagai strategi utama untuk mencapai kesehatan bagi semua mencakup layanan yang bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitative. Perawatan Kesehatan primer agar bisa berjalan dengan baik dengan keterlibatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan dan pelaksanaan layanan kesehatan. Masyarakat harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kesehatan mereka. Juga komitmen pemerintah untuk menyediakan kebijakan kesehatan yang memadai dan untuk memastikan bahwa teknologi kesehatan yang esensial dapat diakses oleh semua individu dan keluarga.

    Deklarasi Alma-Ata menjadi landasan bagi banyak kebijakan kesehatan di seluruh dunia dan terus mempengaruhi pendekatan terhadap perawatan kesehatan primer hingga saat ini. Deklarasi ini juga menjadi acuan dalam upaya mencapai tujuan kesehatan global, termasuk Tujuan Pembangunan Berkelanjutan (SDGs) yang berkaitan dengan kesehatan. SDGs 3, bertujuan untuk memastikan kehidupan yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan untuk semua orang disegala usia, dan perlunya akses universal terhadap layanan kesehatan yang berkualitas, termasuk perawatan kesehatan primer, untuk mencapai kesehatan yang lebih baik bagi semua. SDGs 10 berfokus pada pengurangan ketidaksetaraan dalam berbagai aspek, termasuk kesehatan, dengan tujuan untuk memastikan bahwa semua orang, terutama yang paling rentan, memiliki akses yang sama terhadap layanan kesehatan. SDGs 16 mendorong masyarakat untuk terlibat dalam pengambilan keputusan dan memastikan bahwa semua suara didengar dalam proses pembangunan, termasuk dalam sektor kesehatan. SDGs secara keseluruhan mengakui bahwa pencapaian tujuan perawatan kesehatan primer tidak dapat dipisahkan dari kemajuan dalam pendidikan, lingkungan, dan pembangunan ekonomi.

    Perawatan kesehatan primer memiliki hubungan yang sangat erat dengan kemajuan bangsa. Bahwa perawatan kesehatan primer yang efektif dapat meningkatkan kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Dengan akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan, masyarakat dapat mencegah, mendeteksi, dan mengobati penyakit lebih awal, yang pada gilirannya mengurangi angka kematian dan meningkatkan harapan hidup. Kesehatan yang baik berkontribusi pada peningkatan produktivitas tenaga kerja. Masyarakat yang sehat lebih mampu bekerja secara efektif, mengurangi absensi akibat sakit, dan meningkatkan output ekonomi. Hal ini berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi dan kemajuan negara. Dengan adanya perawatan kesehatan primer yang baik, biaya pengobatan untuk penyakit yang lebih serius dapat diminimalkan. Ini mengurangi beban ekonomi baik bagi individu maupun sistem kesehatan, memungkinkan alokasi sumber daya yang lebih baik untuk pembangunan lainnya. Perawatan kesehatan primer sering kali mencakup pendidikan kesehatan, yang membantu masyarakat memahami pentingnya gaya hidup sehat. Masyarakat yang teredukasi cenderung lebih produktif dan berkontribusi pada kemajuan sosial dan ekonomi. Kesehatan yang baik berkontribusi pada stabilitas sosial. Ketika masyarakat merasa sehat dan memiliki akses kelayanan kesehatan yang memadai, mereka cenderung lebih puas dan stabil, yang mengurangi potensi konflik sosial dan meningkatkan kohesi sosial. Negara dengan sistem perawatan kesehatan primer yang kuat cenderung lebih mampu melakukan penelitian dan inovasi dalam bidang kesehatan. Ini dapat menghasilkan penemuan baru yang tidak hanya bermanfaat bagi kesehatan masyarakat tetapi juga dapat meningkatkan daya saing negara di tingkat global. Perawatan kesehatan primer berperan penting dalam kesehatan ibu dan anak, yang merupakan indikator penting dari kemajuan suatu negara. Kesehatan ibu yang baik berkontribusi pada kelahiran anak yang sehat, yang pada gilirannya mempengaruhi generasi mendatang.

    Lalu bagaimana dengan Negara Indonesia? Program perawatan kesehatan primer di Indonesia berfokus pada penyediaan layanan kesehatan yang terjangkau, berkualitas, dan dapat diakses oleh seluruh lapisan masyarakat. Puskesmas merupakan ujung tombak sistem kesehatan di Indonesia. Mereka menyediakan berbagai layanan kesehatan, termasuk layanan kesehatan ibu dan anak, imunisasi, pengobatan penyakit umum, serta program pencegahan dan promosi kesehatan. Puskesmas juga berperan dalam pengelolaan kesehatan lingkungan dan sanitasi. Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) adalah program pemerintah yang bertujuan untuk memberikan akses layanan kesehatan bagi seluruh penduduk Indonesia. Program ini mencakup perawatan kesehatan primer, rawat inap, dan layanan kesehatan lainnya, dengan biaya yang terjangkau bagi masyarakat. Program perawatan kesehatan primer di Indonesia juga melibatkan partisipasi aktif masyarakat. Melalui program seperti Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM), masyarakat dilibatkan dalam perencanaan dan pelaksanaan program kesehatan, termasuk sanitasi dan kebersihan lingkungan. Program perawatan kesehatan primer juga mencakup pendidikan kesehatan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang pentingnya kesehatan, gizi, dan pencegahan penyakit. Ini dilakukan melalui penyuluhan, kampanye kesehatan, dan pelatihan bagi kader kesehatan. Layanan kesehatan primer di Indonesia berusaha untuk mengintegrasikan berbagai aspek kesehatan, termasuk kesehatan fisik, mental, dan lingkungan. Ini mencakup kolaborasi antara berbagai sektor, seperti kesehatan, pendidikan, dan lingkungan, untuk mencapai hasil kesehatan yang lebih baik. Program perawatan kesehatan primer di Indonesia juga berfokus pada pencegahan dan pengendalian penyakit menular, seperti tuberculosis dan HIV/AIDS, serta penyakit tidak menular, seperti diabetes dan hipertensi. Ini dilakukan melalui skrining, pengobatan, dan program promosi kesehatan.

    Meskipun ada kemajuan dalam Program Perawatan Kesehatan Primer, Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan dalam pelaksanaannya, tantangan pertama yaitu keterbatasan sumber daya Saat ini, masih ada ketidakmerataan dalam penggunaan tenaga kesehatan di Indonesia. Contohnya, jumlah tenaga kesehatan yang tersedia di puskesmas belum cukup untuk memenuhi kebutuhan penduduk Indonesia yang sangat besar. Kurangnya sumber daya manusia kesehatan dapat berdampak negatif pada layanan dan kualitas layanan yang diberikan di fasilitas kesehatan. Persyaratan kesehatan yang kompleks, seperti jumlah, jenis, dan tingkat persaingan sumber daya kesehatan, akan dipengaruhi oleh masalah ini. Kepatuhan terhadap sumber daya kesehatan, baik dari segi jumlah maupun kualitas, masih menjadi masalah besar di Indonesia. Ini terjadi meskipun produksi sumber daya kesehatan manusia, staf medis, dan tenaga kesehatan profesional meningkat, serta jumlah dan variasi lembaga pendidikan kesehatan (Jacqueline Makanoneng et al., 2024).

    Tantangan kedua adalah kesenjangan dalam akses layanan kesehatan Infrastruktur kesehatan Indonesia, terutama di wilayah pedesaan, menghadapi banyak masalah. Perbedaan dalam pelayanan kesehatan antara orang di perkotaan dan pedesaan diperparah oleh distribusi fasilitas kesehatan yang tidak merata, termasuk tenaga kesehatan, rumah sakit, dan klinik. Orang-orang yang hidup dalam kemiskinan menghadapi kesulitan untuk mendapatkan dan mendapatkan layanan kesehatan berkualitas tinggi. Akses kesehatan yang buruk di Indonesia dipengaruhi oleh berbagai alasan. Masyarakat yang terpinggirkan menghadapi banyak masalah, termasuk masalah keuangan, keterpencilan geografis, masalah transportasi, dan kekurangan tenaga kesehatan. Selain itu, kurangnya literasi dan kesadaran tentang kesehatan semakin menghambat orang untuk membuat keputusan yang tepat tentang kesehatan mereka dan mencari layanan kesehatan yang tepat (Sarjito, 2024).

    Tantangan ketiga adalah semakin bertambahnya penyakit tidak menular akibat dari gaya hidup masyarakat. Data WHO (2021) menunjukkan bahwa penyakit tidak menular (PTM) menyebabkan 71% dari semua kematian, atau sekitar 41 juta orang, setiap tahunnya. Selain itu, 77% dari semua kematian PTM terjadi di negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah, seperti Indonesia. Di Indonesia, PTM telah menjadi masalah umum di kalangan remaja berusia 10–14 tahun (Kementerian Kesehatan RI, 2020). Selain itu, hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) menunjukkan peningkatan prevalensi PTM dari tahun 2007, 2013, dan 2018. Bahkan, pada tahun 2030, diperkirakan akan ada peningkatan yang signifikan dalam jumlah PTM di Indonesia. Jika tidak dikendalikan dengan benar, tepat, dan berkelanjutan, masalah PTM menyebabkan masalah kesehatan dan mempengaruhi ketahanan ekonomi nasional (Stelin Maliangkay Fakultas Ilmu Kesehatan et al., 2023).

    Dan tantangan keempat adalah masalah kesehatan reproduksi. Jumlah remaja Indonesia usia 10 sampai 24 tahun sekitar 67 juta, atau 29 persen dari populasi, menurut sensus penduduk tahun 2010 (Badan Pusat Statistik, 2010). Hampir sepertiga penduduk Indonesia adalah remaja, yang membentuk generasi penerus yang berkualitas tinggi yang diperlukan untuk membangun bangsa. Perubahan fisik, seksual, psikologis, dan sosial yang signifikan terjadi pada usia remaja, sehingga ketertarikan seksual terhadap lawan jenis cukup besar dan dorongan seksual juga meningkat. Perubahan fisik yang cepat dan perubahan hormonal menyebabkan dorongan seksual meningkat, yang membuat remaja lebih rentan terhadap penyakit dan masalah kesehatan reproduksi seperti kespro, hubungan seks pranikah, kehamilan remaja, aborsi, PMS, HIV, dan penyalahgunaan narkoba. Remaja rentan terhadap berbagai masalah kesehatan karena perubahan yang terjadi pada mereka (Kesehatan Reproduksi Di Indonesia, n.d.). Apabila Negara Indonesia beserta seluruh Stakeholders mampu mengatasi 4 tantangan tersebut diatas maka Program Perawatan Kesehatan Primer akan berhasil dan mendorong Indonesia menjadi bangsa yang maju dan bermartabat.

   

Referensi :

Jacqueline Makanoneng, Sri Sundari, & Marisi Pakpahan. (2024). Implementasi Manajemen Sumber Daya Manusia Di Fasilitas Kesehatan: Kajian Studi Literatur. Lokawati : Jurnal Penelitian Manajemen Dan Inovasi Riset, 2(2), 304–310. https://doi.org/10.61132/lokawati.v2i2.675

Kesehatan Reproduksi di Indonesia. (n.d.).

Sarjito, A. (2024). Dampak Kemiskinan terhadap Akses Pelayanan Kesehatan di Indonesia. Politik Dan Pemerintahan, 13.

Stelin Maliangkay Fakultas Ilmu Kesehatan, K., Masyarakat, K., Rahma Fakultas Ilmu Kesehatan, U., Putri Fakultas Ilmu Kesehatan, S., & Dwi Istanti Fakultas Ilmu Kesehatan, N. (2023). Analisis Peran Promosi Kesehatan Dalam Mendukung Keberhasilan Program Pencegahan Penyakit Tidak Menular Di Indonesia. Jurnal Medika Nusantara, 1(2).

 

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan