Surakarta – Pejuang Walisongo Indonesia Laskar Sabilillah (PWI-LS) Kota Surakarta menyelenggarakan acara Tahlil Ageng dan Haul Ruwahan Leluhur Surakarta di Pendhapa Kantor Kelurahan Sondakan, Kecamatan Laweyan. Kamis (20/2/2025) malam , Acara ini dimulai pukul 19.30 WIB hingga selesai dan dihadiri oleh berbagai tokoh penting serta masyarakat luas.
Menghormati Warisan Leluhur
Ketua PWI-LS Kota Surakarta, Sudrajat Kentas Pribadi, menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan tradisi tahunan yang bertujuan untuk menghormati leluhur serta memperkuat nilai-nilai budaya lokal di tengah masyarakat modern. “Kami berharap kegiatan ini menjadi agenda rutin tahunan sekaligus pengingat akan pentingnya sejarah dan tradisi leluhur Surakarta,” ungkapnya.
Selain itu, acara ini juga menjadi momentum untuk menghidupkan kembali tradisi doa bersama dan silaturahmi antarwarga. Dalam acara ini, tampak hadir Ketua PLKB UNDHA AUB Dr.Anggoro Panji Nugroho, Lurah Kelurahan Sondakan, Agus Wahyu Purnomo Anwar , pembicara utama KH. Mubarok, Ketua PWI Jawa Tengah dan beserta tamu undangan lain.
Rangkaian Acara yang Sarat Makna
Acara diawali dengan pembacaan Kidung Panulak dan Macapat Wedhatama yang menampilkan nuansa tradisional Jawa dengan pimpinan Ki Joko Budoyo. Dilanjutkan dengan doa bersama yang dipimpin oleh KH. Cuhadi Mualim dari Pondok Pesantren Bahrurrohah, Boyolali.
KH. Mubarok dalam ceramahnya menekankan pentingnya menjaga nilai-nilai warisan leluhur agar tidak hilang ditelan zaman. “Generasi muda harus kembali pada akar budaya dan tradisi. Jangan sampai kita kehilangan identitas sebagai bangsa yang memiliki sejarah dan kearifan lokal yang kaya,” tuturnya.
Dukungan Berbagai Pihak
Lurah Kelurahan Sondakan, Agus Wahyu Purnomo Anwar, dalam sambutannya menyampaikan apresiasi atas kegiatan ini. Ia menyebut acara Tahlil Ageng sebagai bentuk penghormatan terhadap leluhur yang telah berjasa membangun wilayah Surakarta. “Pendhapa ini dinamai Pendhapa Sondoko sebagai penghormatan kepada leluhur yang menjadi cikal bakal Kelurahan Sondakan,” ujar Agus Wahyu.
Ketua PLKB Universitas Dharma AUB Surakarta, Dr. Anggoro Panji Nugroho, juga memberikan apresiasi atas usaha PWI-LS melestarikan budaya lokal. Ia menyoroti pentingnya acara seperti ini untuk mengajarkan nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan toleransi di tengah masyarakat. “Kegiatan ini mengingatkan generasi muda agar tidak lupa pada sejarah dan identitas bangsanya,” jelas Dr. Anggoro.
Menjaga Warisan Budaya di Era Modern
Dalam sambutannya, Ketua PWI LS Surakarta Sudrajat Kentas Pribadi juga menyoroti tantangan yang dihadapi generasi muda saat ini. “Banyak generasi muda yang mulai melupakan sejarah leluhur akibat pengaruh budaya asing dan teknologi yang tidak terkontrol. Hal ini mengancam jati diri bangsa,” ungkapnya.
Ia menegaskan bahwa upaya pelestarian budaya dan sejarah harus terus dilakukan oleh seluruh elemen masyarakat. “Kita tidak boleh lengah. Budaya asing tidak boleh menghapus kearifan lokal kita. Acara seperti ini menjadi tameng melawan pengaburan sejarah bangsa,” tambahnya.
Kesimpulan: Menghidupkan Nilai Tradisi
Acara Haul Ruwahan dan Tahlil Ageng ini menjadi bukti nyata upaya PWI-LS Kota Surakarta dalam menjaga tradisi dan budaya lokal. Selain mempererat silaturahmi, acara ini juga menjadi pengingat pentingnya sejarah bagi kehidupan masyarakat Surakarta. Dengan harapan, tradisi ini dapat menjadi agenda rutin tahunan yang didukung oleh semua pihak, baik pemerintah, tokoh agama, maupun masyarakat.
Penutup
Melalui kegiatan ini, PWI-LS Kota Surakarta membuktikan komitmennya untuk melestarikan budaya lokal dan menjaga warisan leluhur. Acara ini juga memberikan inspirasi bagi masyarakat luas untuk terus menjaga nilai-nilai tradisi yang luhur demi membangun bangsa yang berkarakter dan berjati diri.