Surakarta — Putra Mahkota Keraton Kasunanan Surakarta, Kanjeng Gusti Pangeran Haryo (KGPH) Hangabehi, mengunjungi Panti Sehat Neo Sangkal Putung yang terletak di Jl. Adi Sumarmo, Paulan Wetan, Malangjiwan, Colomadu, Kabupaten Karanganyar. Kunjungan ini bertujuan untuk menjalani terapi tubuh sebagai bentuk penyegaran dari padatnya aktivitas adat di Keraton Solo Hadiningrat.
Dalam kesempatan tersebut, KGPH Hangabehi mengungkapkan rasa syukurnya atas pengalaman menjalani terapi tradisional yang dikenal sebagai “Sangkal Putung”. Ia menyampaikan bahwa terapi ini sangat membantunya meredakan keluhan tubuh akibat rutinitas mengenakan busana adat yang cukup berat.
“Alhamdulillah saya diberi kesempatan untuk terapi, semacam servis badan. Karena sering menjalani kegiatan adat dengan busana Jawa, tulang-tulang saya terasa tidak presisi. Setelah diterapi oleh Mas Kiai Sofyan, Alhamdulillah badan saya terasa lebih nyaman, sendi-sendi yang tadinya terasa bengkok kini kembali ke posisi semula,” ujar KGPH Hangabehi.
Owner Neo Sangkal Putung, Ustadz Sufyan Al Kayis, menjelaskan bahwa metode terapi yang digunakan merupakan bentuk pengembangan dari ilmu pijat tradisional bergodo, yang dahulu digunakan oleh para prajurit kerajaan.
“Sangkal Putung ini adalah warisan pengobatan tradisional yang sudah ada sejak lama. Saat ini kami mencoba menghidupkan kembali metode ini agar tidak hanya menjadi bagian dari sejarah, tetapi juga sebagai alternatif pengobatan yang bermanfaat bagi masyarakat,” terang Ustad Sofyan.
Lebih lanjut, ia berharap generasi muda tidak malu untuk melestarikan warisan leluhur seperti Sangkal Putung. Menurutnya, pelestarian budaya semacam ini bukan hanya soal menjaga tradisi, tetapi juga memberikan solusi kesehatan yang lebih alami dan terjangkau.
“Sangkal Putung hadir bukan hanya sebagai metode pengobatan, tetapi juga sebagai bagian dari cagar budaya dan kearifan lokal Indonesia yang harus terus dilestarikan,” tutup Ustadz Sofyan.
Kunjungan KGPH Hangabehi ini menjadi bentuk nyata dukungan Keraton Surakarta terhadap pelestarian budaya pengobatan tradisional, sekaligus mendorong masyarakat untuk lebih mengenal dan memanfaatkan warisan leluhur untuk kesehatan.