Sukoharjo – Salah satu beladiri di Indonesia yang sudah ada sejak masa penjajahan, yakni Persaudaraan Setia Hati , organisasi ini lahir di Desa Pilangbango, Madiun, dipandegani seorang keturunan ningrat yaitu Ki Hajar Hardjo Oetomo, tepatnya pada tahun 1922. Organisasi silat ini awalnya digunakan sebagai alat untuk melawan penjajah, kini sudah berkembang keseluruh penjuru Nusantara.
Pada kesempatan hari ini tim Kabarjoglo bisa berwawancara langsung dengan Bambang Dwi Tunggal selaku Ketua Umum Persaudaraan Setia Pilangbango , kebetulan nanti malam menghadiri pelantikan Kadang (murid) di cabang PSHP Sukoharjo . Jumat (20/8/2021)
Dalam keteranganganya, Bambang sampaikan ” organisasi pencak silat PSH Pilangbango termasuk baru berdiri, tepatnya 22 september 2013, dengan latar belakang ingin melestarikan ajaran-ajaran asli Ki Hajar Hardjo Oetomo juga selaku pendiri Persaudaraan Setiahati Pencak Sport Club pada tahun 1922 ,karena pada saat itu ramai-ramainya bangsa indonesia bergerak melawan penjajah sehingga karena ada kata-kata pencak ini sehingga tempat latihan Ki Hajar Hardjo Oetomo ini di Pilangbango sering di grebek oleh Belanda karena pencak silat identik pengumpulan kekuatan , kekuatan masa yang dikawatirkan untuk melawan penjajah” jelasnya
Beliau beberapa kali ketangkap Belanda dimasukan penjara dan akhirnya kata pencak silat itu dihilangkan .menjadi PSC (Pemuda Setiahati Club) Tuban , pemuda setiahati yang belajar olahraga saja.
Dalam perkembanganya PSC berubah nama menjadi Persaudaraan Setia Hati Teratai pada Tahun 1948 ,selanjutnya akhirnya apa yang diajarkah Ki Hajar Hardjo Oetomo tentang jurus-jurus itu dirubah oleh generasi berikutnya menjadi jurus baru, sehingga pada saat itu PSHT ada jurus lama dan jurus baru .
Maka mengingat dari itu kita generasi ke 3 dari murid-murid Ki Hajar Hardjo Oetomo langsung berkumpul merasa prihatin karena jurus yang asli tidak diajarkan, oleh karena itu kita berkumpul mendirikan Perguruan Setiahati Pilangbango .
“Kenapa kita mengambil nama Pilangbango karena Ki Hajar Hardjo Oetomo aslinya dari desa Pilangbango Madiun, jadi untuk mengenang jasa-jasa beliau kita beri nama PSHPilangbango, yang diajarkan adalah jurus – jurus lama ciptaan beliau sendiri dan kita lestarikan sampai sekarang ini” terang Bambang
Akhirnya alhamdulilah respon masyarakat baik sehingga kita hampir 8 tahun ini PSH Pilangbango memiliki 30 cabang seluruh indonesia di 9 Provinsi dan memiliki dua komisariat di Belanda dan Perancis
Terkait kegiatan malam ini istilahnya mewisuda calon-calon kadang yang latihan di cabang PSHP Sukoharjo, sebanyak 19 calon Kadang dan ditambah dari Semarang titipan 2 sehingga total 21 orang .
Jadi ini merupakan tradisi SH Pilangbango calon kadang minimal menguasai 17 jurus sudah bisa di sahkan menjadi Kadang istilahnya anggota tetap dan tidak bisa dikeluarkan kecuali melanggar ad/art letentuan yang berlaku.
Kadang sudah berhak menggunakan jurus -jurus PSH Pilangbango secara sah, sudah berhak untuk menjadi pelatih dimanapun berada, maka disebut Kadang.
” kalau masih latihan kita sebut calon Kadang dan Dikecer itu istilahnya di SH emang sudah biasa, merupakan proses spiritual dimana si calon kadang di buka kerohanianya ditunjukan ini lho SH…kalau sudah kecer dengan syarat-syarat tertentu sah menjadi kadang PSH Pilangbango intinya seperti itu ” tegas Bambang
Ditanya soal perbedaan jurus baru dan lama ” Jurus baru itu meninggalkan pakem tetapi jurus yang lama itu masih menggunakan pakem yang dulu diciptakan Ki Hajar Hardjo Oetomo, dan gerakan jurus kita ini termasuk penggiat seni jadi salah satu unsur pencak silat itu adalah seni maka jurusnya lebih luwes yang lama dan unsur kekerasan lebih tidak ada masih menggunakan pakem stan a stan b , Sehingga yang namanya jurus itu bukan hanya dikhususkan untuk mendobrak lawan tetapi jurus-jurus itu bisa dipergunakan untuk pergerakan seni yang tinggi dan kalau bisa tidak boleh untuk menjatuhkan lawan, jadi lawan sudah merasa cukup untuk bertanding dan berhenti. ” jelasnya
Kecuali dalam pertandingan IPSI (Ikatan Pencak Silat Indonesia) lain lagi itu sudah termasuk pencak prestasi maka yang lebih cepat menjatuhkan lawan itu yang baik tapi di pencak tradisi tidak boleh seperti itu .
Karena dasar yang diugemi adalah paseduluran istilah di PSH Pilangbango “Tego Larane Ora Tego Patine” .kalau lawan udah menyerah ya sudah kita kunci selesai ya sudah . tidak untuk dilanjutkan untuk di matikan
Jadi bedanya seperti itu, kita lebih luwes karena unsur seninya lebih ditonjolkan, jurus baru cenderung untuk kekerasan semua gerakanya kuat, kalau kita pukulan saja memakai tehnik bandil itu pukulan dari bawah ke atas seperti jalan Petruk Punokawan, bukan seperti tinju, kalau jurus baru sudah menggunakan fisik yang kuat seperti tinju kalau kita tidak boleh ,kita cukup gunakan pukulan bandil.
ditanya berapa waktu untuk menempuh Kadang itu tergantung kemampuan masing-masing individu jadi kalau ada anak emang bakat mungkin 1 tahun sudah bisa ,kalau tidak bisa-bisa dan lambat ya mundur bisa 1-2 tahun .
Ya, memang namanya pencak materinya jurus ini emang perlu secara fisik seperti itu , di PSHP Sukoharjo ini rata-rata sampai Jurus 25 dan akan disahkan nanti malam.
Di akhir wawancara Bambang berharap “Kepada Kadang-Kadang yang baru diharapkan tetep aktif karena selesai dikecer itu tidak berarti selesai latihan itu baru tahap awal membuka pintu PSH Pilangbango yang didalam masih banyak yang diajarkan tentang kerohanianya, juga harus didalami materi materi lainya . Sehingga Kadang baru ini nantinya menjadi pelatih-pelatih untuk menularkan kemampuanya kepada generasi muda, karena pencak silat ini budaya asli Indonesia. jadi kalau bukan kita yang melestariknya siapa lagi , bahkan orang orang barat sana banyak yang gandrung pencak silat jadi orang kita sendiri malah gak mau belajar, Semoga PSH Pilangbango bisa berkembang lebih besar , sehinga Kadang-Kadang yang baru, bisa menjadi pengganti yang sepuh-sepuh ini dan membawa PSH Pilangbango menjadi lebih maju ngremboko lagi” Tutupnya