Solo – Solo International Performing Arts (SIPA) tahun 2021 akan kembali hadir di kota Solo. Panggung pagelaran SIPA tahun ini akan diselenggarakan pada tanggal 7 – 9 Oktober 2021 di Bengawan Solo Park at Jurug Zoo dengan mengusung tema “The Great Lights of Arts”. Konsep baru SIPA adalah ikhtiar untuk mencari dan terus mencari konsep panggung seni pertunjukkan. Pada mulanya konsep baru dimulai dengan model hybrid, yakni pergelaran dengan sistem luring dan daring. Selanjutnya dengan konsep drive-in, yakni penonton dalam menyaksikan pertunjukkan secara langsung berada di dalam mobil. Dalam pergelaran mobil penonton akan diatur sedemikian rupa sehingga menyatu menjadi bagian dari pagelaran.
Penggunaan hybrid dan drive-in menjadi siasat SIPA dalam menghadapi keterbatasan ruang dan waktu di masa pandemi dengan menggunakan cara hybrid dan drive-in dimungkinkan pagelaran SIPA akan berlangsung dengan tetap memperhatikan protokol kesehatan. Penonton yang hadir secara langsung dengan kapasitas terbatas bisa menyaksikan secara langsung tanpa harus khawatir (di dalam mobil) sementara yang tidak bisa hadir secara langsung bisa menyaksikan secara langsung melalui streaming. Inilah konsep baru yang ditawarkan SIPA pada pagelaran tahun ini.
Seperti tahun-tahun sebelumnya akan menampilkan pertunjukan dari lintas wilayah seni, seperti seni musik, seni tari, seni drama dan lain-lain. Delegasi yang akan tampil di panggung SIPA 2021 yaitu: Solo, Aceh, Bangka Belitung, DKI Jakarta, D.I Yogyakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kepulauan Riau, Lampung, Maluku Utara, NTB, Sumatera Barat. Beberapa delegasi Indonesia akan tampil secara live dan ditonton oleh penonton terbatas.
Selain itu, kemeriahan juga dihadirkan melalui penampilan berupa video para delegasi dari beberapa negara, seperti Brasil, Finlandia, Perancis, India, Jepang, Namibia, Serbia, Singapura, Afrika Selatan, Korea Selatan, Spanyol, Tanzania dan Togo. Tidak hanya itu, perwakilan delegasi dari Belanda dan Malaysia akan menampilkan secara langsung dan ditayangkan melalui zoom. Selain itu, penampilan istimewa dari delegasi perwakilan Peru juga akan tampil secara langsung di panggung SIPA.
Maskot SIPA 2021 yaitu Endah Laras dia adalah penyanyi keroncong asal Solo, kelahiran Sukoharjo, 3 Agustus 1976. Selain piawai dalam menyanyi Endah Laras pun juga mampu melakukan seni di bidang akting. Beberapa film yang telah dimainkannya antara lain Guru Ngaji dan Badut Makximal, Soegija, Kucumbu Tubuh Indahku, dan Finding Srimulat.
Dengan adanya pergelaran Solo International Performing Arts (SIPA), maka muncul kehidupan baru dari seni pertunjukan sebagai daya hidup kota. Selanjutnya seni pertunjukan ini harus bisa menjadi wahana untuk edukasi tentang apresiasi seni bagi masyarakat. Sebab apresiasi itu menjadi sangat perlu mengingat pentingnya kehidupan seni sebagai bagian dari kehidupan budaya yang menjadi karakter bangsa.
Profil Maskot SIPA 2021
“Endah Laras”
Endah Laras adalah penyanyi dari tradisi seni Jawa yang lahir dari keluarga seni. Namanya dikenal sebagai pelantun lagu-lagu keroncong, lagu Jawa, dan salah satu pemeran dalam film Soegija (2012). Berbekal pengalaman berkelana dari panggung ke panggung, dari pentas campursari hingga panggung kontemporer Endah Laras membentuk kelompok musik Brayat Endah Laras sebagai wadah untuk bereksplorasi.
Perpaduan musik tradisi dengan musik barat menjadi keindahan yg selalu ingin disampaikan dalam setiap pertunjukan.
Endah Laras menjadi maskot SIPA Festival 2021 atas pilihan penonton setia SIPA serta sejalan dengan pilihan panitia penyelenggara. Berbagai prestasi telah diraih Endah Laras, antara lain, Endah Laras telah menjadi perwakilan Indonesia di berbagai event nasional dan internasional. Ia tampil di Ngayogjazz, Forum Ekonomi Dunia di Davos Swiss tahun 2017, Forum Internasional yang bertajuk Asia Cultural Cooperation Forum di Hongkong tahun 2019.
Nyanyian indah Endah Laras akan menjadi bagian dari gelora keagungan cahaya seni pertunjukan dalam panggung SIPA 2021.
Gelora Seni Pertunjukkan Diantara Keindahan Taman Satwa Taru
Solo International Performing Arts (SIPA) sekali ini memilih Bengawan Solo Park sebagai lokasi panggung pagelaran. Lokasi ini merupakan salah satu fasilitas yang ada di Taman Satwa Taru Jurug (TSTJ). Pemilihan TSTJ sebagai lokasi penyelenggaraan berdasarkan beberapa pertimbangan, antara lain menyesuaikan tema, edukasi lingkungan dan mengenalkan lokawisata di kota Solo. Keberadaan TSTJ, sesuai dengan namanya bahwa satwa adalah hewan dan taru adalah tumbuhan, merupakan taman konservasi alam yang melestarikan satwa dan tanaman langka.
Taman Satwa Taru Jurug yang berada di jalan Ir. Sutami no. 109, Surakarta dibangun pada 1983. Taman dengan luas 13,9 hektar ini merupakan perpindahan dari Kebun Binatang Sriwedari. Salah satu bukti perpindahan itu adalah Gajah Kyai Rebo yang diawetkan dan dipajang di pintu masuk Kawasan taman. Selain sebagai tempat rekreasi, TSTJ juga berfungsi sebagai hutan kota, sekaligus ruang publik.
Semangat konservarsi alam di TSTJ diwujudkan dengan koleksi hewan dan tanaman langka. Koleksi tanaman langka antara lain Pinus, Cemara, Flamboyan, Akasia, Kunto Bomo, Solo Keling, Budhis, Dewa Ndaru, dan Sawo Kecik. Koleksi hewan langka antara lain Gajah Asia, Harimau Sumatra, Beruang Madu, Elang, Unta, Kuda Poni, Landak Jawa, dan Burung Kasuari. Koleksi flaura dan fauna langka itulah yang menjadi daya tarik wisata TSTJ.
Taman Satwa Taru Jurug dengan kawasannya yang luas sering pula dimanfaatkan untuk pergelaran seni. Diantaranya panggung seni musik, baik pop, dangdut mau pun keroncong, serta pergelaran seni yang lain. Taman ini juga memiliki acara tahunan yang dikenal luas, yakni Ritual Grebeg Syawal dengan fragmen Jaka Tingkir. TSTJ juga lekat dengan musik keroncong melalui Monumen Gesang yang dikenal dengan lagu Bengawan Solo.
Demikian, gelora cahaya agung seni pertunjukan dari SIPA akan disemaikan bersama semangat pelestarian alam di Taman Satwa Taru Jurug.