SUKOHARJO – Dalam rangka menyambut 1 Muharam 1446 H / 1 Suro 1958, Panitia Grebeg Suro Petilasan Karaton Kasultanan Pajang menggelar acara Kirab Budaya dan Penggantian Songsong Payung Agung Pusaka Karaton Pajang pada Sabtu (6/7/2024). Acara ini berlangsung di Dusun Sonojiwan, Desa Makamhaji, Kecamatan Sukoharjo, Kabupaten Sukoharjo.
Acara tersebut dihadiri oleh tokoh-tokoh penting seperti Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono, S.Pd., M.Pd., Kapolsek Kartasura AKP Tugiyo, S.H., M.H., Danramil Kartasura Kapten Inf TNI Ismail, serta Penasehat Petilasan Karaton Kasultanan Pajang R. Bambang Sridoyo, S.E. Ketua Panitia Acara Grebeg Suro KRT. Djoko Winarno Hadi Nagoro dan Ketua Perkumpulan Untung Suropati Rescue 79 Muhammad Budiman, S.E. turut hadir bersama segenap tamu undangan lainnya.
Kirab ini juga diramaikan oleh berbagai komunitas dan perkumpulan budaya seperti Perkumpulan Silat WS Pamungkas, IKSPI Kera Sakti, Prisai Diri, Merpati Putih, dan banyak lainnya. Para peserta kirab mengambil rute dari Palenggahan Kasultanan Pajang menuju beberapa jalan utama sebelum kembali lagi ke Palenggahan.
Dalam sambutannya, Camat Kartasura Ikhwan Sapto Darmono menyatakan apresiasinya terhadap acara tersebut. “Melestarikan budaya memperingati 1 Suro 1446 H, mudah-mudahan selalu diterima oleh Allah, dan menjadi semua memperoleh kebaikan serta barokah dari Allah,” ungkapnya.
Penasehat Petilasan Karaton Kasultanan Pajang, R. Bambang Sridoyo, S.E., menjelaskan bahwa acara ini bertujuan untuk mengingatkan masyarakat bahwa di wilayah ini pernah berdiri Kerajaan Kasultanan Pajang yang besar, dengan Sultan Hadiwijaya sebagai rajanya. “Kirab ini untuk melestarikan leluhur dan mengingatkan masyarakat bahwa di sini pernah ada kerajaan besar,” katanya.
Ketua Panitia Grebeg Suro, KRT. Djoko Winarno Hadi Nagoro, menyampaikan harapannya agar masyarakat setempat dan pemerintah desa dapat lebih terlibat dalam kegiatan ini di masa mendatang. “Acara ini rutin diadakan sejak berdirinya petilasan Pajang pada tahun 1993,” ujarnya.
KRT. Djoko Winarno juga menambahkan bahwa bulan Suro dipilih karena bulan tersebut memiliki makna khusus bagi masyarakat Jawa. “Dengan kegiatan ini, generasi muda dapat mengetahui dan mengenang kejayaan Pajang yang pernah ada,” pungkasnya.
Acara ini berhasil menarik perhatian masyarakat dan diharapkan mampu terus melestarikan budaya serta mengenalkan sejarah penting kepada generasi penerus.