Sufyan Al Kayis: Menghidupkan Kembali Warisan Leluhur Melalui Terapi Sangkal Putung

Solo –  Di tengah gempuran modernisasi dan kemajuan teknologi medis, masih ada sosok yang memilih berjalan di jalur berbeda jalur yang mengakar pada nilai-nilai budaya dan kearifan lokal. Dialah **Sufyan Al Kayis**, seorang anak muda visioner yang menaruh perhatian besar pada pelestarian pengobatan tradisional Indonesia. Ia tidak hanya menekuni dunia terapi tulang, tetapi juga berkomitmen mengangkat kembali praktik kuno **Sangkal Putung**, sebuah metode penyembuhan yang telah lama menjadi bagian dari warisan pengobatan Nusantara.

Berbekal semangat dan kepedulian terhadap budaya bangsa, Sufyan memandang bahwa pengobatan tradisional seperti Sangkal Putung masih sangat relevan dan dibutuhkan, terutama di tengah kesenjangan layanan medis modern yang tidak selalu menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Ia meyakini bahwa keilmuan ini bukan sekadar teknik penyembuhan, tetapi juga cermin filosofi dan identitas budaya yang patut dijaga dan dikembangkan.

Dalam misinya, Sufyan melakukan berbagai langkah konkret. Ia aktif mengumpulkan manuskrip kuno, cerita lisan, serta dokumentasi sejarah yang berkaitan dengan Sangkal Putung. Upaya ini tidak hanya menjadi bentuk pelestarian, tetapi juga cara untuk membangun fondasi ilmiah bagi pengobatan tradisional agar semakin dipercaya dan diterima oleh masyarakat luas. Sabtu (10/05/2025) bertempat di Pose In Hotel Solo

Lebih dari itu, Sufyan menggagas sebuah gerakan kaderisasi bernama **Neo Sangkal Putung**, yang bertujuan mencetak generasi baru terapis dengan pemahaman yang kuat akan nilai-nilai budaya, etika pengobatan, dan keahlian praktik. Melalui program ini, ia mengajak anak-anak muda Indonesia untuk tidak melupakan akar budaya mereka dan menjadikan pengobatan tradisional sebagai alternatif yang bermartabat.

Ia juga menekankan pentingnya memandang keilmuan tradisional sebagai aset budaya bangsa. Menurutnya, jika dikembangkan dan dipromosikan dengan baik, pengobatan seperti Sangkal Putung tidak hanya bisa kembali populer di negeri sendiri, tetapi juga berpotensi menjadi bagian dari diplomasi budaya Indonesia di mata dunia.

Langkah-langkah Sufyan Al Kayis menunjukkan bahwa pelestarian budaya bukanlah romantisme masa lalu, melainkan tanggung jawab masa kini untuk masa depan. Ia adalah contoh nyata bahwa semangat muda dan kerja keras dapat menjadi kekuatan besar dalam merawat dan menghidupkan kembali warisan leluhur yang nyaris terlupakan.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan