Surakarta – Kabar duka datang dari lingkungan Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat.Sahandap Sampeyan Dalem Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono XIII (PB XIII) berpulang pada Sabtu pagi di Rumah Sakit Indriati, Sukoharjo, setelah menjalani perawatan intensif selama beberapa hari terakhir.
Kabar wafatnya PB XIII dibenarkan oleh adik beliau, Gusti Pangeran Haryo (GPH) Suryo Wicaksono, saat dikonfirmasi oleh sejumlah awak media. Menurut GPH Suryo, kabar duka tersebut pertama kali diterima dari putri almarhum, Gusti Timur, sekitar pukul 07.30 WIB.
“Benar, beliau wafat di Rumah Sakit Indriati pagi tadi. Kondisi kesehatan Sinuhun dalam dua pekan terakhir memang menurun dan membutuhkan perawatan intensif,” ujar GPH Suryo dengan nada duka.
Selama dua minggu terakhir, kesehatan PB XIII dikabarkan terus menurun akibat komplikasi penyakit yang diderita. Atas pertimbangan keluarga, beliau dirawat di rumah sakit hingga akhirnya berpulang dengan tenang didampingi keluarga terdekat.
Tradisi dan Prosesi Pemakaman
Menurut GPH Suryo, sebagaimana tradisi keraton yang telah berlangsung selama ratusan tahun, jenazah raja akan disemayamkan terlebih dahulu di Pendhapa Prabayasa Keraton Surakarta. Tempat tersebut menjadi ruang penghormatan terakhir bagi abdi dalem, kerabat, dan masyarakat yang ingin memberikan doa serta penghormatan kepada almarhum sebelum dimakamkan.
“Biasanya jenazah raja disemayamkan di depan Prabayasa. Itu adalah bagian dari tradisi luhur yang memberi kesempatan bagi siapa pun untuk memberikan doa terakhir,” jelas GPH Suryo.
Namun, hingga Sabtu malam, pihak keluarga besar keraton masih melakukan musyawarah internal untuk menentukan waktu dan lokasi pemakaman resmi PB XIII. Juru bicara keluarga, Gusti Nino, menyampaikan bahwa seluruh prosesi akan dilakukan dengan penuh penghormatan sesuai tata cara adat Kasunanan.
“Rencana pemakaman masih dibicarakan dalam keluarga besar. Semua pihak bersepakat untuk menjaga ketertiban dan marwah tradisi yang diwariskan para leluhur,” ujarnya singkat.
Sosok PB XIII di Mata Masyarakat
PB XIII dikenal sebagai sosok yang tenang, bersahaja, dan memiliki komitmen kuat dalam menjaga eksistensi Keraton Surakarta Hadiningrat di tengah perubahan zaman. Selama masa kepemimpinannya, beliau berupaya mempertahankan nilai-nilai luhur budaya Jawa, termasuk dalam bidang kesenian, spiritualitas, dan adat istiadat.
Bagi para abdi dalem dan warga Surakarta, PB XIII bukan hanya seorang raja, tetapi juga figur panutan yang menjadi simbol keteguhan budaya Jawa. Dalam beberapa kesempatan, beliau kerap menegaskan pentingnya melestarikan budaya sebagai pondasi moral dan spiritual bangsa.
“Beliau selalu mengingatkan bahwa keraton bukan hanya bangunan sejarah, tapi sumber nilai-nilai kehidupan,” ungkap salah satu abdi dalem senior yang enggan disebut namanya.
Warisan dan Pengaruh
Pakoe Boewono XIII naik tahta pada awal tahun 2000-an, di tengah dinamika internal keraton. Meski sempat menghadapi masa sulit, beliau dikenal mampu menjaga stabilitas dan martabat institusi budaya tertua di Surakarta tersebut.
Di bawah kepemimpinannya, keraton aktif terlibat dalam berbagai kegiatan budaya dan sosial, seperti Grebeg Sudiro, Kirab Pusaka, dan Sekaten, yang menjadi daya tarik utama wisata budaya di Kota Solo.
Sejumlah tokoh budaya dan pemerintah daerah menyampaikan duka mendalam atas berpulangnya PB XIII. Wali Kota Surakarta, dalam keterangannya, menyebut bahwa kepergian beliau merupakan kehilangan besar bagi dunia kebudayaan Jawa.
“Beliau adalah penjaga marwah budaya dan simbol keteguhan tradisi. Solo berduka, Jawa kehilangan sosok raja yang bijak,” ucapnya.
Kepergian PB XIII meninggalkan duka mendalam bagi keluarga besar Keraton Surakarta dan masyarakat Jawa pada umumnya. Namun, warisan nilai dan keteladanan beliau akan terus hidup di hati rakyat menjadi suluh bagi generasi penerus dalam menjaga budaya dan kehormatan tanah leluhur.






