Surakarta, Kabarjoglo.com – Benar, pepatah mengatakan kejarlah ilmu setinggi langit, carilah ilmu sampai negeri Cina, dan ilmu itu adalah jendela dunia. Karena barangsiapa menguasai ilmu sama halnya akan menguasai dunia. Orang tua jaman dulu sering bilang kepada anak anaknya, tidak bisa memberi harta berupa sawah, sapi, mobil atau emas dll.
Tetapi yang dia bisa hanya akan membekali/sekolah setinggi tingginya, atau sekuat tenaga, daya, pikiran serta harta seadanya.
Banyak orang sukses berasal dari keluarga sederhana bahkan jauh dari cukup. Disini karena sang anak punya tekad kuat, beriman, akhirnya anak anaknya bisa sekolah tinggi dan menjadi orang sukses.
Mengisi kemerdekaan di era sekarang tidak harus lagi dengan tenaga, perang angkat bambu runcing, tetapi mengisi dengan karya nyata yang realistis, prestasi dan berguna, berdampak bagi masyarakat luas. Kreativitas, inovatif, serta berkolerasi dengan Iptek merupakan bentuk nyata karya anak bangsa yang harus dihargai.
Inilah arti keberpihakan anak bangsa terhadap bangsa dan negaranya.Lebih lanjut ia kemukakan pendidikan merupakan hal yang sangat penting di dunia ini, dan keberadaanya tidak perlu dipertanyakan lagi.
Tanpa pendidikan dunia ini tidak akan maju dan berkembang. Tujuan dari pendidikan yakni agar dapat membangun bangsa dan negara yang maju.
Namun demikian majunya tingkat pendidikan juga harus dibarengi oleh tingginya sikap dan perilaku anak bangsa. Apa artinya pendidikan tinggi jika tidak di imbangi (balance) dengan pendidikan karakter yang memadai. Hal inilah yang sekarang sedang jadi issu nasional bagi SDM yang mumpuni. Hasil survey sementara setiap calon pemimpin harus lulus uji karakter. Di era milenia setiap pemimpin harus memiliki kredibilitas yang tinggi. Cinta tanah air, berjiwa pancasila, dan nasionalisme.
Menurut alumni UNISRI ini keseimbangan mentalitas seseorang dengan tingkat pendidikan harus seia sekata, dan seimbang. Itu sebabnya dunia pendidikan menitikkan karakter sebagai modal dasar meraih karier, tandasnya.
