JOGJA – Kegiatan Ramadhan tahun 1445 H ini, STIE Pariwisata API Yogyakarta bertemu dengan Tazbir Abdullah, SH., M.Hum untuk membincangkan strategi Wisata Halal. Jogja, sebagai destinasi wisata kaya akan budaya dan sejarah, termasuk sejarah Mataram Islam dan keindahan alamnya, membutuhkan pengembangan paket wisata Ramah Muslim yang lebih serius. Di samping itu, batas waktu penerapan sertifikasi halal, terutama pada produk makanan pada bulan Oktober 2024, berkaitan dengan persiapan DIY sebagai destinasi wisata halal. Diskusi ini dihadiri oleh tim dosen STIE Pariwisata API Yogyakarta di Rumah Makan Narasa di Jl. Arimbi No.399B, Sokowaten, Plumbon, Kec. Banguntapan, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kegiatan ini juga menjadi bagian dari silaturahmi kepada tokoh-tokoh pariwisata di Jogja sambil menunggu berbuka puasa.
Tazbir mengungkapkan, “Halal is bisnis,” sehingga konsep wisata halal harus menjadi daya tarik bagi calon konsumen. Potensi wisata halal di Indonesia sangat besar karena mayoritas penduduknya adalah Muslim, namun tantangan yang dihadapi masih berat karena perdebatan mengenai definisi wisata halal masih berlangsung. Diskusi semakin menarik dengan tantangan bersaing dengan negara-negara seperti Malaysia dan Thailand, yang telah mengembangkan wisata halal dengan baik. Tazbir berharap STIE Pariwisata API Yogyakarta dapat menjadi produsen sumber daya manusia pariwisata yang berkualitas dan mempromosikan tren wisata yang ramah bagi umat Muslim.
Selain itu, Dra Endang Widayati, M.M. selaku Puket 1 STIE Pariwisata API, mengucapkan terima kasih kepada Tazbir Abdullah, SH. M.Hum atas ilmu dan bimbingannya kepada para dosen STIE dalam menciptakan sumber daya manusia pariwisata. Diskusi tentang wisata halal juga dihadiri oleh Puket 2, Tuti Panghastuti, SE.MM, Puket 3 Drs. Endro Isnugroho, ,M.Si, serta beberapa dosen lainnya seperti Andhyka Murti, M.Pd, Yitno Purwoko, S.E., M.Sc, Erna Wigati, S.Pd.,M.Pd, Andreas Dian Anggi K, S.Kom, dan Maulana Yogma Wijaya, S.Kom.