Hajatan Ageng Kelurahan Jagalan 2024: Menghidupkan Kembali Tradisi Lewat Umbul Dongo dan Kirab Budaya.

SOLO –  Kelurahan Jagalan menggelar acara Umbul Dongo sebagai bagian dari rangkaian Hajatan Ageng. Acara ini melibatkan kolaborasi antara pemuda, tokoh kesenian, dan masyarakat setempat, dengan tujuan untuk memohon kelancaran dan keberkahan selama kegiatan berlangsung. Ketua Pokdarwis Kelurahan Jagalan, Anggoro, menjelaskan pentingnya acara ini dalam menjaga kerukunan dan kemajuan bersama di lingkungan Jagalan. Sabtu (25/5/2024) kemarin malam.

“Umbul Dongo adalah ritual doa yang bertujuan agar seluruh rangkaian kegiatan Hajatan Ageng dapat berjalan dengan lancar tanpa hambatan. Selain itu, kami juga ingin meruat alam dan manusia di Jagalan agar tetap rukun dan bisa maju bersama-sama,” kata Anggoro.

Bacaan Lainnya

Acara puncak dari rangkaian budaya ini akan diselenggarakan pada tanggal 26 Mei 2024, dengan titik kumpul di SMP 20 Solo. Kirab budaya ini akan diakhiri dengan upacara adat yang melibatkan berbagai simbol kehidupan, seperti empat anasir alam: air, tanah, angin, dan api.

Ki Lawu Arta, seorang tokoh budaya yang turut berpartisipasi, menekankan pentingnya menghidupkan kembali adat dan budaya yang hampir terlupakan. “Kirab budaya Lembu Miluhur ini mengajarkan kita untuk menghargai keheningan sebagai sumber kekuatan alam semesta. Dalam keheningan, kita menemukan energi yang luar biasa,” ujar Ki Lawu Arta.

Ia juga menambahkan, “Adat dan budaya adalah pondasi kekuatan bangsa. Dengan merawat bumi dan manusia secara simbolis, kita berharap bisa menciptakan harmoni dan keseimbangan. Ritual ini merupakan cara kami untuk mengangkat kembali nilai-nilai lokal dan tradisi yang hampir terlupakan.”

Ki Lawu Arta menjelaskan bahwa empat anasir kehidupan – Banyu (air), Siti (tanah), Angin, dan Geni (api) – memiliki sifat dan perilaku yang berbeda-beda, namun harus bersinergi untuk menciptakan kekuatan yang luar biasa. “Kegiatan ini bertujuan untuk merawat bumi dan manusia, serta menghidupkan kembali adat yang menjadi kekuatan bangsa.”

Dalam persiapan acara, warga juga mengadakan upacara adat bersih-bersih sungai sebagai simbol pemurnian dan kebersihan. “Hajatan Ageng harus diawali dengan upacara adat yang kuat dan bermakna, seperti bersih-bersih sungai, yang merupakan simbol pemurnian dan kebersihan,” jelas Ki Lawu Arta.

Acara ini diharapkan dapat mempererat tali silaturahmi antarwarga serta memperkuat rasa cinta terhadap budaya dan tradisi lokal. Para tamu undangan, termasuk Lurah, Camat, dan tokoh masyarakat lainnya, diharapkan hadir dalam acara ini. “Kami berharap semua acara dari awal hingga akhir berjalan lancar tanpa gangguan apa pun,” tutup Anggoro.

Dengan diadakannya Hajatan Ageng ini, Kelurahan Jagalan berupaya untuk menghidupkan kembali tradisi dan adat yang menjadi identitas kuat masyarakatnya, serta memberikan inspirasi bagi generasi muda untuk terus melestarikan budaya warisan leluhur.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan