Eksplorasi Budaya: Merti Lembu Miluhur di Kampung Jagalan

SOLO – Dalam kesempatan pagi tadi Minggu (4/2/24), Anggoro Budi Prasetyo, selaku Ketua Pokdarwis Kelurahan Jagalan Kecamatan Jebres Surakarta , bersama teman-teman Karangtaruna, berupaya eksis menggelar kegiatan budaya yang bersifat berkesinambungan. Kegiatan tersebut tidak hanya berasal dari satu aspek, melainkan mencakup berbagai elemen kehidupan masyarakat.

Pokdarwis Jagalan berusaha menggali potensi masyarakat, dan salah satu hasilnya adalah tradisi tari lembu miluhur. Dalam upaya ini, mereka berhasil menghadirkan kegiatan yang tidak hanya menghibur tetapi juga mengandung nilai sejarah dan kearifan lokal.

Bacaan Lainnya

Melalui latihan-latihan rutin selama 1,5 bulan, teman-teman Pokdarwis menciptakan koreografi dan musik tarian. Meskipun mengakui keterbatasan artistik jika dibandingkan dengan institusi seni formal, mereka mengutamakan keaslian dan dedikasi dalam pementasan.

Selain tarian, Pokdarwis juga aktif berpartisipasi dalam acara Grebeg Sudiro dan kegiatan di kecamatan. Dengan demikian, mereka tidak hanya melestarikan budaya lokal tetapi juga terlibat dalam kegiatan yang lebih luas di komunitasnya.

Eyang Lawu, selaku pegiat budaya Solo, menyoroti pentingnya tembang (Dandanggulo dan Mijil) dalam pementasan tarian. Tembang tersebut mencakup unsur sejarah, seperti perpindahan ibu kota Kerajaan Kartosuro ke kasunanan Surakarta dan pembentukan Kampung Jagalan oleh Raja Pakubuwono. Hal ini memberikan dimensi sejarah pada tarian Merti Lembu Miluhur.

Dalam wawancara, diungkapkan bahwa tarian ini memiliki esensi khusus. Awalnya, kampung tersebut bukan Jagalan, melainkan kampung Kalangan dan Wonosaren. Namun, dengan adanya Kampung Jagalan, masyarakat diharapkan merasa terhormat karena Raja ingin memuliakan rakyatnya melalui hasil  pemotongan daging sapi yang terkontrol.

Merti Lembu Miluhur bukan hanya sekadar tarian tradisional; ” ini adalah bagian dari upaya mempertahankan identitas lokal, sejarah, dan kearifan budaya. Dengan melibatkan masyarakat dalam proses kreatif, Pokdarwis berhasil menciptakan sesuatu yang tidak hanya menghibur tetapi juga memperkaya warisan budaya lokal.” Tutup eyang Lawu.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan