Surakarta – Dalam dunia bisnis, pengelolaan keuangan menjadi salah satu elemen kunci untuk memastikan keberlanjutan dan kesuksesan sebuah usaha. Bagi UMKM, yang kerap beroperasi dengan sumber daya terbatas, efisiensi biaya adalah tantangan yang tidak bisa diabaikan. Salah satu alat yang terbukti efektif adalah Analisis Biaya-Volume-Laba (BVL). Metode ini membantu pelaku usaha memahami struktur biaya, menentukan titik impas (break-even point), dan merancang strategi yang efisien. Konveksi Batik Salwa, berlokasi di Surakarta, menjadi salah satu contoh UMKM yang berhasil mengimplementasikan metode ini untuk mencapai profitabilitas yang lebih baik.
UMKM memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia. Tidak hanya sebagai pencipta lapangan kerja, UMKM juga menjadi penggerak utama ekonomi lokal. Namun, di balik perannya yang besar, tantangan pengelolaan biaya sering kali menjadi penghambat. Bagaimana agar biaya produksi tidak membengkak dan tetap menjaga keuntungan? Bagaimana UMKM bisa bertahan di tengah persaingan yang semakin ketat? Di sinilah akuntansi manajemen menjadi jawaban untuk membantu UMKM mengambil keputusan berdasarkan data yang terukur.
Konveksi Batik Salwa, yang terletak di Jl. Kyai Mojo, RT.03/RW.04, Semanggi, Kec. Ps. Kliwon, Kota Surakarta, memproduksi hingga 1.000 unit daster model Kartika setiap hari. Dari wawancara dengan pemiliknya, Bapak Yuan Gianto, terungkap bagaimana penerapan BVL memberikan pemahaman mendalam tentang pengelolaan biaya. Berdasarkan hasil analisis, Batik Salwa memiliki biaya tetap harian sebesar Rp 3.186.974,299 dan biaya variabel sebesar Rp 8.452,399 per unit. Dengan harga jual Rp 35.000 per unit, perusahaan ini harus menjual setidaknya 120 unit per hari untuk mencapai titik impas.
Namun, dengan produksi aktual 1.000 unit per hari, Batik Salwa tidak hanya berada di zona aman tetapi juga memiliki margin of safety sebesar 87,99%. Ini berarti perusahaan memiliki ruang cukup besar untuk menghadapi fluktuasi pasar, seperti penurunan permintaan atau kenaikan biaya bahan baku. Meski begitu, Bapak Yuan Gianto mengakui bahwa efisiensi biaya tetap menjadi prioritas utama, terutama terkait biaya tenaga kerja dan penyusutan alat produksi.
Bagaimana Batik Salwa menghadapi tantangan ini? Langkah strategis yang diambil adalah mengoptimalkan tenaga kerja melalui alur kerja yang lebih efisien. Biaya tenaga kerja langsung, yang mencapai Rp 3.166.666,664 per hari, menjadi salah satu komponen pengeluaran terbesar. Untuk menekan biaya tanpa mengorbankan kualitas produk, Batik Salwa memfokuskan pada peningkatan produktivitas karyawan. Hal ini menunjukkan bagaimana efisiensi bukan hanya soal penghematan, tetapi juga seni mengelola sumber daya dengan bijak agar tetap kompetitif di pasar.
Tak hanya itu, pengelolaan alat produksi juga menjadi perhatian penting. Dengan biaya penyusutan mencapai Rp 9.057,636 per hari, Batik Salwa menyadari pentingnya strategi yang tepat. Lalu, apa yang mereka lakukan? Perusahaan menerapkan perawatan berkala pada alat-alat produksi untuk memastikan kinerjanya tetap optimal. Strategi ini tidak hanya menghemat biaya jangka panjang tetapi juga menjaga stabilitas operasional. Dalam praktiknya, langkah ini membantu Batik Salwa menghindari pengeluaran besar untuk penggantian alat dalam jangka pendek.
Selain fokus pada efisiensi internal, Batik Salwa juga aktif mengembangkan strategi pemasaran untuk meningkatkan penjualan. Dengan memanfaatkan platform digital, perusahaan berhasil menjangkau pasar yang lebih luas. Tak hanya itu, mereka juga memperkuat kehadirannya di toko ritel lokal, memberikan kemudahan akses bagi pelanggan.
Yang menarik, pemasaran ini tidak berjalan sendiri. Ada hubungan erat antara pengelolaan biaya dan strategi pemasaran. Dengan peningkatan penjualan, biaya produksi per unit dapat ditekan, sehingga margin keuntungan menjadi lebih besar. Ini membuktikan bahwa pemasaran yang efektif dapat memberikan dampak langsung pada efisiensi biaya. Pada akhirnya, Batik Salwa berhasil mengintegrasikan pengelolaan internal yang efisien dengan strategi pemasaran yang kreatif untuk menghadapi tantangan bisnis.
Dapat di simpulkan, Penerapan Analisis Biaya-Volume-Laba di Batik Salwa membuktikan bahwa dengan strategi yang tepat, UMKM dapat mengelola biaya dengan efisien dan meningkatkan keuntungan secara signifikan. Pengelolaan tenaga kerja yang efektif, perawatan alat produksi yang terencana, serta strategi pemasaran yang kreatif menjadi kunci utama keberhasilan. Dengan langkah-langkah ini, Batik Salwa tidak hanya mampu bertahan di tengah persaingan, tetapi juga membuka peluang untuk berkembang lebih besar sebagai salah satu contoh sukses UMKM yang cerdas memanfaatkan akuntansi manajemen.
Melalui pengalaman Batik Salwa, kita dapat melihat bahwa akuntansi manajemen bukan hanya sebuah teori, tetapi alat yang sangat berguna dalam dunia bisnis nyata. Jadi, apakah UMKM lainnya juga siap untuk menerapkan strategi ini demi menciptakan bisnis yang lebih efisien dan menguntungkan? Semua pilihan ada di tangan mereka, dan penerapan strategi ini bisa menjadi langkah besar menuju kesuksesan jangka panjang.
Kreator: Revina Siti N.