Gunungkidul, Jawa Tengah – Jejak sejarah Kerajaan Mataram Islam tidak dapat dipisahkan dari sosok Ki Ageng Giring III, yang memiliki peran penting dalam garis keturunan raja-raja Mataram. Terlahir dengan nama Raden Kertonadi, beliau merupakan keturunan langsung dari Prabhu Brawijaya IV, Raja Majapahit yang agung.
Sejak muda, Raden Kertonadi dikenal sebagai murid setia Sunan Kalijaga, bersama dengan Ki Ageng Pemanahan. Namun, satu kisah legendaris yang paling melekat adalah mengenai kelapa muda yang diyakini menjadi tempat turunnya Wahyu Gagak Emprit—sebuah wahyu yang meramalkan keturunan ketujuhnya kelak akan memimpin Mataram.
Silsilah Ki Ageng Giring III: Jalur Emas Trah Majapahit
Ki Ageng Giring III berasal dari garis keturunan Prabhu Brawijaya IV dan Dewi Tappen dari Lumajang. Melalui serangkaian pernikahan yang strategis dan berdarah biru, keturunan Ki Ageng Giring III terus terhubung dengan para penguasa Mataram, termasuk pernikahan antara Niken Purwosari (putri Ki Ageng Giring III) dengan Panembahan Senopati, pendiri Mataram Islam.
Dari pernikahan ini, lahirlah generasi yang memainkan peran kunci dalam sejarah Mataram, termasuk Susuhunan Pakubuwana I yang berasal dari garis keturunan yang sama.
Makam Keramat di Sodo, Gunungkidul
Ki Ageng Giring III dimakamkan di Dusun Sidorejo, Desa Sodo, Kecamatan Paliyan, Gunungkidul. Makam ini menjadi salah satu destinasi ziarah penting yang sering dikunjungi oleh para peziarah untuk mengenang jasa besar beliau dalam sejarah panjang Mataram Islam.
Warisan Spiritual dan Sejarah
Kisah tentang Wahyu Gagak Emprit dan ramalan bahwa keturunan ketujuhnya akan menjadi penguasa Mataram menjadi bagian penting dalam sejarah spiritual Jawa. Sosok Ki Ageng Giring III tidak hanya dihormati sebagai tokoh bangsawan, tetapi juga sebagai figur yang menyatukan kekuatan politik dan spiritual di masa transisi antara era Majapahit dan Mataram.
Warisan Ki Ageng Giring III tetap hidup, tidak hanya dalam silsilah keluarga, tetapi juga dalam narasi sejarah Nusantara yang tak lekang oleh waktu.