Menyelami Makna dan Filosofi Nyadran, Warisan Tak Ternilai Masyarakat Jawa
Kartasura – Tradisi Nyadran atau Sadranan, sebagai wujud nyata pelestarian budaya dan simbol penghormatan kepada leluhur, kembali digelar dalam rangkaian kegiatan “Sadranan Petilasan Karaton Kartasura Tahun 2025”. Dengan tema “Padusan Ati Menyongsong Bulan Suci & Menjaga Cagar Budaya untuk Tetap Terawat dan Terjaga”, kegiatan ini bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai budaya sekaligus mempererat tali silaturahmi masyarakat.
Nyadran, tradisi yang sudah mendarah daging di masyarakat Jawa, secara filosofis merupakan ritual simbolik yang penuh makna. Aktivitas ini meliputi pembersihan makam, doa bersama, dan ziarah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur, sekaligus mempersiapkan hati menyongsong bulan suci Ramadan. Nyadran juga menjadi media komunikasi budaya yang mengintegrasikan nilai-nilai spiritual, sosial, dan etnografis masyarakat setempat.
Rangkaian Kegiatan Sadranan Petilasan Karaton Kartasura 2025
Kegiatan ini diselenggarakan dengan berbagai agenda menarik dan sarat makna:
- Besik-Besik Petilasan Karaton Kartasura
- Hari/Tanggal: Minggu, 16 Februari 2025
- Waktu: Pukul 07.00 WIB
- Lokasi: Petilasan Karaton Kartasura
- Agenda ini meliputi apel siaga, pembagian tugas, serta pembersihan lingkungan dalam dan luar tembok karaton, termasuk makam leluhur.
- Pengajian Akbar
- Hari/Tanggal: Sabtu, 22 Februari 2025
- Waktu: Pukul 19.30 WIB
- Lokasi: Panggung Utama Depan Pintu Masuk Petilasan Karaton Kartasura
- Pengajian akan diisi oleh KH. Kaprawi, S.Ag dari Tulung Klaten, dimeriahkan dengan Hadroh MDS Perengsari Kartasura.
Makna Nyadran dalam Kehidupan Masyarakat
Nyadran tidak hanya sekadar tradisi turun-temurun, tetapi juga menjadi media sosialisasi untuk menciptakan kerukunan, kebersamaan, dan solidaritas di tengah masyarakat. Ritual ini menggambarkan usaha manusia menjaga keseimbangan alam dan warisan budaya. Selain itu, tradisi ini juga memiliki peran penting dalam memperkuat cinta tanah air serta kebanggaan terhadap warisan leluhur.
Panitia menegaskan pentingnya menjaga Petilasan Karaton Kartasura yang berusia 344 tahun agar tetap lestari. Dengan semangat gotong royong, kegiatan ini diharapkan mampu meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya pelestarian cagar budaya, sekaligus mempererat hubungan sosial antarwarga.
Pelestarian Tradisi, Pelestarian Identitas
Melalui Sadranan Petilasan Karaton Kartasura 2025, masyarakat diajak untuk tidak hanya menjaga kebersihan fisik, tetapi juga kebersihan hati dalam menyambut bulan suci Ramadan. Tradisi ini menjadi bukti nyata bahwa budaya dan agama mampu berjalan beriringan, menciptakan harmoni yang memperkuat identitas masyarakat Jawa.
Dengan semangat pelestarian dan kebersamaan, mari kita wujudkan Kartasura yang bersatu, lestari, dan penuh makna!