SOLO – Solo resmi ditetapkan sebagai salah satu Kota Kuliner di Indonesia, sebuah pencapaian yang diharapkan mampu menggerakkan sektor pariwisata dan meningkatkan perekonomian lokal. Namun, Dr. Brm Kusumo Putro SH MH, tokoh masyarakat dan pemerhati budaya dan Ketua Umum Forum Budaya Mataram (FBM), menilai masih banyak pekerjaan rumah yang perlu diselesaikan pemerintah untuk memaksimalkan potensi ini.
“Kota Solo dengan segala potensinya harus dimanfaatkan secara maksimal. Pemerintah perlu fokus pada sektor kuliner untuk mendongkrak ekonomi rakyat dan menciptakan kesejahteraan yang merata,” ujar Brm Kusumo Putro.
Ia menyoroti pentingnya pemberdayaan pelaku UMKM sebagai ujung tombak perekonomian lokal. Brm Kusumo mengusulkan langkah strategis seperti pemberian keringanan pajak, penyediaan fasilitas gratis, dan bantuan permodalan. Menurutnya, dukungan ini akan memperkuat daya saing UMKM sekaligus memperbaiki posisi Solo yang masih tergolong sebagai salah satu daerah miskin di Jawa Tengah dimana di Kota Solo saat ini jumlah angka penganguran warganya serta jumlah keluarga miskinnya masih sangat tinggi.
“Kita tidak boleh puas hanya dengan status ini. Dengan infrastruktur yang lengkap, Solo harus membuktikan bahwa masyarakatnya makmur dan sejahtera. Jangan ada lagi istilah ‘ngisin-ngisini,’” tegasnya.
Lebih lanjut, Brm Kusumo mengusulkan ide besar untuk mendukung pengembangan sektor kuliner dan budaya, yakni dengan membangun Sentra Kuliner Mataram. Lokasi ini akan menjadi pusat kuliner khas Solo yang terkonsep modern namun tetap kental dengan nuansa tradisional.
“Sentra ini bukan hanya tempat makan, tapi juga ruang pertemuan masyarakat. Pegawai, pedagang, bahkan wisatawan bisa saling berinteraksi di satu tempat. Konsepnya harus lengkap—makanan murah dan enak, ditambah pertunjukan seni budaya seperti tari tradisional, keroncong, atau gamelan,” paparnya.
Sentra Kuliner Mataram juga diharapkan menjadi pusat pelestarian budaya dan daya tarik wisata, di mana pengunjung dapat menikmati berbagai kuliner khas seperti lontong Solo, selat Solo, Tahu Kupat, Thengkleng, Selat, Gudeg kas solo, Timlo Solo,Nasi Liwet,Nasi Rames,Cabuk Rambak, Nasi Kuning, Rawon, Sate Kambing, dll serta Aneka Camilan Makanan serta Minuman Ringan seperti Serabi. Gethuk, lemper, Dawet, Gempol pleret, dan lain-lain sambil menyaksikan pertunjukan seni. “Ini akan menjadi pengalaman yang unik dan belum ada di kota lain. Orang akan tahu bahwa Solo adalah pusat kuliner tradisional,” tambahnya.
Dengan konsep ini, Brm Kusumo optimis Solo akan semakin dikenal, tidak hanya sebagai Kota Kuliner, tetapi juga sebagai pusat inovasi berbasis budaya yang mampu menggerakkan ekonomi rakyat dan memajukan kota secara keseluruhan. “Solo harus menjadi kota yang tidak hanya dilihat, tetapi dirasakan sebagai tempat yang nyaman dan membanggakan bagi warganya,” tutupnya.