SUKOHARJO, Kabarjoglo.com – Di balik kesibukannya sebagai Kepala Unit Reserse Kriminal (Kanit Reskrim) Polsek Baki, Sukoharjo, Ipda Sutrisno memiliki sisi lain yang tak kalah menarik: ia adalah seorang dalang wayang kulit yang cukup dikenal di kalangan masyarakat Jawa.
Kiprahnya dalam dunia pedalangan bahkan telah menembus pentas-pentas prestisius. Salah satunya, saat ia tampil di Mabes Polri bersama Kapolri. Kemampuan Sutrisno dalam menghidupkan tokoh-tokoh pewayangan dengan suara dan gerakannya yang khas, menjadi daya tarik tersendiri.
“Wayang kulit adalah warisan budaya yang sarat nilai moral dan filosofi. Saya ingin itu tetap hidup,” kata Ipda Sutrisno saat ditemui Kabarjoglo.com, Minggu (19/5/2025).
Menggabungkan Tugas dan Tradisi
Meski tugas sebagai aparat penegak hukum tak ringan, Sutrisno tetap meluangkan waktu untuk mendalami dan mementaskan wayang kulit. Baginya, dunia pedalangan bukan sekadar hiburan, melainkan juga panggilan jiwa untuk melestarikan budaya Jawa.
“Dalam cerita wayang, kita belajar banyak tentang kebaikan, pengorbanan, bahkan kepemimpinan. Nilai-nilai itu juga saya pegang dalam bertugas sebagai polisi,” ungkapnya.
Dengan penguasaan atas cerita-cerita Mahabharata dan Ramayana, serta keterampilan vokal dan teknik sabetan (gerakan wayang), Sutrisno mampu menyampaikan pesan moral melalui pementasan, baik di desa-desa maupun dalam acara kenegaraan.
Mendekatkan Polisi dan Masyarakat Lewat Budaya
Tak hanya aktif sebagai dalang, Ipda Sutrisno juga merupakan pendiri Paguyuban Dalang Bhayangkara atau PADANGKARA, sebuah komunitas dalang di lingkungan kepolisian. Organisasi ini didirikan sebagai wadah bagi anggota Bhayangkara yang memiliki minat di bidang pedalangan dan kebudayaan.
Saat ini, PADANGKARA berada di bawah kepemimpinan Kombes Pol Yolanda Evelyn Sebayang, S.H., S.I.K., dan terus mengembangkan kegiatan seni budaya di lingkungan kepolisian.
“Melalui PADANGKARA, kami ingin membangun jembatan budaya antara polisi dan masyarakat,” tutur Sutrisno.
Ia juga berharap komunitas ini dapat menginspirasi anggota kepolisian lainnya untuk tetap mencintai budaya daerah, dan menjadikannya bagian dari pendekatan humanis dalam tugas keseharian.
Menginspirasi Generasi Muda
Kisah Sutrisno menarik bukan hanya karena ia mampu memainkan dua peran yang tampak bertolak belakang, tetapi juga karena konsistensinya dalam menjalani keduanya dengan sungguh-sungguh.
Ia menilai, seni tradisional seperti wayang kulit masih memiliki tempat di hati masyarakat, terutama jika dibawakan dengan cara yang kontekstual dan menyentuh persoalan kehidupan nyata.
“Semoga generasi muda tak hanya mengenal budaya luar, tapi juga bangga pada warisan sendiri. Wayang adalah kekayaan bangsa,” pungkasnya.