Solo – Suasana Wedangan Njeron Beteng Baluwarti Solo menjadi saksi kebersamaan Putra-Putri Trah Mataram (PPTM) dalam acara Halal Bihalal 1445H yang digelar pada Sabtu, 20 April 2024. Ketua Yayasan Forum Budaya Mataram, BRM Kusumo Putro, turut hadir dalam kesempatan tersebut.
Menurut keterangan Drs. R. Surojo, sesepuh PPTM sekaligus panitia pelaksana acara halal bi halal, kegiatan ini merupakan agenda tahunan yang diadakan untuk mempererat tali silaturahmi keluarga besar trah Mataram Islam di tanah Jawa. Meski sederhana, acara ini tetap sarat akan makna dan esensi halal bi halal.
“Halal bi Halal dihadiri para Putra Putri Trah Mataram, khususnya dari Jogjakarta dan Surakarta,” jelas Drs. R. Surojo.
Lebih lanjut, halal bi halal juga dianggap sebagai ajang melepas rindu dan membangun gagasan untuk memperkuat upaya pelestarian budaya Jawa di Nusantara, baik yang bersifat materiil maupun non-materiil.
Gusti Nugroho, pengageng Kraton Surakarta, mewakili Trah Putra-Putri Kraton, menyampaikan pentingnya menjaga silaturahmi dan kehangatan antar anggota Trah Mataram. Dalam sambutannya, Nugroho juga mengusulkan pembangunan patung Pakubuwono 10 sebagai penghormatan atas jasa-jasanya, sebuah usulan yang disambut baik oleh Kusumo Putro.
Dalam tanggapannya, Kusumo Putro menyatakan kesanggupannya untuk membangun patung Pakubuwono 10 di Solo jika diberikan kepercayaan oleh warga. Selain itu, ia juga menegaskan komitmennya untuk mengurangi tingkat kemiskinan di Solo jika terpilih sebagai wakil walikota.
Acara ini juga dihadiri oleh sejumlah tokoh Mataram lainnya, termasuk Gusti Nugroho, yang menyampaikan apresiasi dan doa untuk kesuksesan Kusumo Putro dalam perjalanannya. Doa bersama pun dilakukan, dipimpin oleh Kyai Blankon, sebagai harapan agar cita-cita untuk memperbaiki Kota Solo menjadi kenyataan.
Dengan semangat kebersamaan dan doa yang tulus, harapan akan pembangunan patung Pakubuwono 10 sebagai simbol penghormatan terhadap sejarah dan budaya Mataram semakin mendekati realisasi. Hal ini menjadi langkah penting dalam melestarikan dan mengapresiasi warisan budaya yang begitu berharga bagi masyarakat Solo dan Indonesia secara keseluruhan.