Trunojoyo: Pemberontak Madura yang Mengguncang Takhta Mataram

Pada pertengahan abad ke-17, Kerajaan Mataram Islam menghadapi tantangan besar dari dalam. Pemberontakan yang dipimpin oleh Pangeran Trunojoyo, seorang bangsawan Madura, mengguncang stabilitas kerajaan dan menandai awal dari kemunduran kekuasaan Mataram.

Latar Belakang Pemberontakan

Trunojoyo adalah cucu dari Panembahan Cakraningrat I, penguasa Madura Barat yang diangkat oleh Sultan Agung. Ayahnya, Raden Demang Melayakusuma, tewas dalam pertempuran melawan pemberontakan Pangeran Alit pada tahun 1665. Setelah kematian ayahnya, Trunojoyo diasuh oleh pamannya, Cakraningrat II.

Bacaan Lainnya

Ketegangan di istana Mataram semakin memuncak ketika Sultan Amangkurat I, yang dikenal dengan pemerintahan otoriternya, membantai ribuan ulama dan bangsawan yang dianggap mengancam kekuasaannya. Termasuk di antaranya adalah Pangeran Pekik, ayah mertua Adipati Anom, putra mahkota Mataram. Kekejaman ini menimbulkan ketidakpuasan di kalangan bangsawan dan ulama, termasuk Trunojoyo. KOMPAS.com+1Pilar Kebangsaan+1

Aliansi dan Awal Pemberontakan

Pada tahun 1670, Adipati Anom, yang berselisih dengan ayahnya, menjalin aliansi dengan Trunojoyo melalui perantara Raden Kajoran, seorang ulama dan kerabat istana. Sebagai imbalan atas dukungan Trunojoyo dalam menggulingkan Amangkurat I, Adipati Anom menjanjikan wilayah Madura Barat kepada Trunojoyo.

Trunojoyo kemudian berhasil merebut Madura Barat secara damai dan mulai membentuk pasukan dari rakyat Madura yang tidak puas dengan pemerintahan Mataram. Ia juga menjalin kerja sama dengan Karaeng Galesong, pemimpin kelompok pelarian dari Makassar, dan mendapat dukungan dari Panembahan Giri di Surabaya.

Ekspansi dan Kejatuhan Plered

Dengan kekuatan yang semakin besar, pasukan Trunojoyo mulai menyerang wilayah-wilayah Mataram. Pada tahun 1676, mereka berhasil merebut Lasem, Rembang, Jepara, Demak, Semarang, Pekalongan, dan Tegal. Puncaknya terjadi pada Juni 1677, ketika pasukan Trunojoyo menyerbu ibu kota Mataram di Plered. Amangkurat I melarikan diri dan meninggal dalam pelarian di Tegal.

Balik Arah dan Bantuan VOC

Setelah kematian Amangkurat I, Adipati Anom naik takhta sebagai Amangkurat II. Namun, ia menghadapi tantangan besar karena Trunojoyo tidak bersedia menyerahkan kekuasaan. Amangkurat II kemudian meminta bantuan VOC untuk menumpas pemberontakan Trunojoyo. Sebagai imbalannya, ia menyerahkan beberapa wilayah pesisir utara Jawa kepada VOC. Pilar Kebangsaan+1KOMPAS.com+1merdeka.comPilar Kebangsaan+2detikcom+2Suara Baru+2Pahami+1Pilar Kebangsaan+1

Penangkapan dan Eksekusi Trunojoyo

Pasukan gabungan Mataram dan VOC berhasil mendesak pasukan Trunojoyo hingga ke Kediri. Pada Desember 1679, Trunojoyo ditangkap di lereng Gunung Kelud dan diserahkan kepada Amangkurat II di Payak, Bantul. Pada 2 Januari 1680, Trunojoyo dieksekusi oleh Amangkurat II. Menurut beberapa sumber, sebelum eksekusi, Amangkurat II sempat menawarkan pengampunan dan jabatan kepada Trunojoyo, namun ditolak. PahamiSuara Baru

Dampak dan Warisan

Pemberontakan Trunojoyo meninggalkan dampak besar bagi Mataram. Keraton Plered hancur dan ibu kota dipindahkan ke Kartasura. Mataram juga menjadi sangat bergantung pada VOC, yang mulai campur tangan dalam urusan internal kerajaan. Meski pemberontakannya gagal, Trunojoyo dikenang sebagai simbol perlawanan terhadap tirani dan kolonialisme.KOMPAS.comPilar Kebangsaan+4Pahami+4Madureh+4

Pos terkait

Tinggalkan Balasan