Satgas Yonif R 408/SBH Mengunjungi Rumah Adat Suku Perbatasan

Kabarjoglo.com – Rumah adat Belu yang kebanyakan Mereka menyebutnya Uma, ya istilah umum dari rumah dalam bahasa Tetun (bahasa daerah di kabupaten Belu) disebut, uma. Istilah ini mengacu kepada bentuk fisik bangunan sebagai tempat tinggal manusia agar mereka dapat terlindungi dari ketidaknyamanan hidup yang disebabkan oleh kepanasan terik matahari atau udara yang sangat dingin dan musibah-musibah alam serta ancaman-ancaman bahaya dari manusia. Sejauh ini istilah uma bermakna sebagai sebuah tempat tinggal yang biasanya disebut uma tur fatin, sebuah tempat tinggal yang biasanya dihuni oleh sebuah keluarga rumah tangga atau uma kain.

Rangka-rangka bangunan uma ini biasanya terbuat dari kayu-kayu balok, bambu betung yang besar dan atapnya dari alang-alang. Bangunan uma ini biasanya mempunyai dua pintu, sebuah menghadap ke arah matahari.

Angota satgas yonif Raider 408/sbh yang bertugas di desa umanen, atambua barat, belu, NTT. Sering sekali melihat dan menjumpai rumah adat uma. Seperti di daearh sesekoe yang kebetulan dekat dengan mako satgas Yonif Raider 408/sbh ada sebuah rumah adat uma yang tertua di daerah tersebut milik suku matubesi. Hal tersebut yanga membuat angota satgas untuk berkunjung ke rumah adat uma tersebut.

Kamis 14/03/2019 Pratu Alma menuju ke rumah adat uma milik suku matubesi yang ada di Desa sesekoe untuk melihat lihat rumah adat yang tampak unik dan tradisional. Pratu Alma juga sempat masuk ke dalam rumah adat tersebut untuk sekedar penasaran melihat isi dari rumah adat tersebut. Saat berkunjung ke rumah adat uma suku matubesi yang ada di Desa sesekoe Pratu Alma di dampingi oleh juru kunci dari rumah adat suku matubesi yang bernama Bapak Blasius Venan. Selain mendampingi juru kunci rumah adat suku matubesi juga menjelaskan secara sigkat sejarah ada nya rumah adat milik suku matubesi tersebut. “saya senang sekali ada abang-abang tentara satgas Yonif 408/sbh yang mau berkunjung ke rumah adat suku matubesi, saya berharap kepada abang-abang tentara supaya selelu menjaga dan mau ikut andil dalam melestarikan rumah adat uma supaya tidak punah” tutur Bapak Blasius Venan. “mengenal dan mempelajari sejarah rumah adat suku matubesi tidak hanya menambah pengalam dan pengetahuan ilmu. Akan tetapi hal ini juga memupuk kedekatan serta menjalin silahturami dengan suku matubesi yang ada di perbatasan. Dengan seringnya kami berkunjung ke suku-suku yang ada di perbatasan, besar harapan kami kemanungalan TNI dengan masyarakat dapat terwujudkan” ungkap Pratu Alma.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan