Solo, Kabarjoglo.com – Yayasan Forum Budaya Mataram (FBM) menggelar rapat koordinasi persiapan dalam rangka pengukuhan kota Solo sebagai Kota Nasi Liwet, yang dihadiri panitia inti, bertempat di ndalem langensari Baluwarti .Minggu (5/6/22) Kemarin.
Dihadiri panitia inti diantaranya , Ketua Umum Forum Budaya Mataram Dr. BRM Kusuma Putra, S.H,M.H, Sekretaris Tri Purwadi, M.pd , Bendhara Suparno, SE, MM , Wakil FBM Drs. R. Surojo, Yona Ervina, S.Ikom , Ketua Pelaksana acara Kusyani, S.Pd, Ketua BID. Seni dan pementasan Wisnu Tri Pamungkas, Dra.Catharina Etty, SH, MPd, MSi .
Dalam kesempatan Kusyani, S.Pd selaku ketua panitia menegaskan persiapan acara pengukuhan Kota Nasi Liwet sudah siap dan kita akan terus mengadakan rapat intern para pengurus FBM.
sesuai rencana 200 undangan telah kita kirim, diantaranya para tokoh budayawan, seniman, tokoh masyarakat, pejabat di semua lingkungan Pemkot Surakarta, aparat keamanan, komunitas seni dan budaya, serta semua elemen masyarakat yang dianggap peduli dengan acara tersebut.Termasuk semua sektor seperti Paguyuban PKL, Paguyuban UMKM, serta Paguyuban Pasar Tradisional,
“ Acara pengukuhan Nasi Liwet sebagai ikon kuliner di kota Solo, sudah siap 100%. dengan lokasi di depan Balai Kota Solo, bertepatan Minggu acara CFD, pada tanggal 19 Juni 2022 nanti,” ujar Kusyani
Dalam acara nanti akan dibagikan sekitar 500 an pincuk nasi liwet kepada masyarakat umum secara gratis. Juga dimeriahkan atraksi seni tari dari sanggar seni tari Gendhewa Pinenthang, asuhan Whisnu Tri Pamungkas dari Ketua Bidang Seni dan Pentas FBM.
Lebih Lanjut, ketua Yayasan FBM Dr. BRM Kusumo Putro SH, MH, juga sangat mengharapkan. Bahwa kegiatan Pengukuhan Nasi Liwet nanti, bisa menjadi langkah awal sekaligus langkah strategis, untuk menguatkan keberadaan nasi liwet sebagai ikon khas dari kota Solo. Sehingga juga sangat perlu untuk mempatenkan, atau mendaftarkan ke badan dunia (Unesco).
Dalam hal ini menjadi tugas Pemkot Solo, khususnya bagi Dinas terkait untuk mendaftarkan nasi liwet, sebagai warisan budaya tak benda, khususnya di sektor kuliner.
“Jangan sampai seperti kasus-kasus sebelumnya, saat negara lain mengklaim sebuah warisan atau produk budaya yang menjadi milik kita, baru kita merasa kebakaran jenggot,” tegas Kusumo Putro
Selain itu, ia juga mengharap agar kegiatan pengukuhan nasi liwet, sebagai ikon kuliner kota Solo, tak hanya berhenti sampai di situ saja. Semua elemen masyarakat dan pemerintah kota Solo, juga wajib menguatkannya menjadi benar-benar sebuah branding atau identitas dari kota Solo.
Terlebih semua sektor yang terlibat langsung dalam dunia kepariwisataan di kota Solo. Misalnya Hotel-hotel, baik hotel berbintang hingga hotel kelas melati sekalipun.
Juga restoran-restoran yang ada. Mungkin dengan lembaga PHRI (Persatuan Hotel dan Restoran Indonesia), bisa saling bersinergi dengan Pemkot Solo dan elemen yang lain.
“Selain menguatkan dengan spanduk, mungkin juga bisa disusul dengan kegiatan Festival Nasi Liwet, dengan skala dan pernik-pernik wisata yang lebih besar,” sambung Kusumo Putro lagi.
Sehingga dengan segala kegiatan tersebut, mulai dari pengukuhan, serta kegiatan-kegiatan penguatan lain, bisa benar-benar menjadikan nasi liwet sebuah ruh dan identitas dari kota Solo
Nantinya, setiap tamu, atau masyarakat yang berkunjung ke kota Solo, akan langsung merasakan aura, nuansa, serta identitas khas dari kota Solo terkait menu nasi liwet. Dimana nasi liwet bisa ditemukan dengan mudah dan murah di semua sudut kota.
“Karena acara pengukuhan nasi liwet ini, nantinya tidak hanya untuk kepentingan golongan masyarakat tertentu saja. Namun jelas sangat bermanfaat, untuk semua kepentingan masyarakat Solo secara luas,” Tutup Kusumo Putro,