SOLO – Sebagai ormas Islam terbesar di Indonesia, Nahdlatul Ulama tidak hanya memiliki andil sangat besar dalam mewujudkan cita cita bangsa mengantarkan kemerdekaan melalui para pendiri bangsa.
Perjalanan dari waktu ke waktu jamiyah Nahdlatul Ulama di usianya yang sudah lebih dari satu abad, peran serta NU sampai saat ini masih tetap butuhkan bagi pembangunan bangsa dan Negara Indonesia.
Cepatnya perkembangan tehnologi di era modern seperti sekarang ini, penguatan sumber daya manusia merupakan satu keniscayaan yang harus di lakukan oleh Jamiyah Nahdaltul Ulama.
Agar organisasi Islam Moderat besutan KH. Hasyim Asy’ari tersebut mampu beradaptasi sesuai dengan perkembangan jaman yang ada, demikian di sampaikan oleh tokoh muda NU yang juga Ketua Ranting NU Kalurahan Sondakan, Solo, Sudrajat Kentas Pribadi.
Sebagai organisasi yang lahir dari kalangan pesantren, arah pengelolaan jamiyah tentu juga harus sejalan dengan misi dan visi para masyayih..
Begitupun khidmat para pengurus yang ada, mereka harus memegang teguh sumpah yang sudah diucapkan saat di lantik menjadi bagian dari struktur jamiyah Nahdlatul Ulama.
‘Sebab kedudukan yang di emban dalam jamiyah bukanlah sebuah jabatan, melainkan amanat yang harus di pertanggung jawabkan dunia dan akherat ‘ ucapnya menegaskan
Untuk itu, menyikapi akan terselenggaranya pergantian pimpinan pengurus cabang NU di Kota Solo melalui Konferensi Cabang (Konfercab) yang akan di selenggarakan pekan kedua Mei 2024, tokoh muda NU Sondakan ini berharap, NU Kota Surakarta memiliki tokoh pemimpin yang mampu mengemban amanat misi dan visi para pendiri.
Dapat bersinergi dengan pemerintah dan para steakholder yang ada di Kota Surakarta.
Ketua cabang terpilih hendaknya tokoh yang dekat dengan kalangan pesantren.
Pemimpin yang tidak hanya memahami pengelolaan organisasi dan sejalan dengan AD/ART Nahdlatul Ulama , namun juga memiliki misi, visi dan keilmuan agama sesuai dengan khidmat yang di amanatkan. Berpedoman pada tugas, pokok dan fungsi yang di embanya.
Ibarat sebuah kendaraan, dalam struktur pengurus cabang jamiyah NU, Rois Syuriyah merupakan penentu arah kebijakan kemudi kemana jamiyah akan di arahkan. Sedangkan pengendali kemudi di pegang oleh Tanfidziyah, selaku pelaksana program kebijakan Syuriyah.
Syuriyah dan Tanfidziyah harus berjalan sesuai dengan tupoksinya, selaras dalam satu kesatuan roda jamiyah.
Sebagai pengendali kemudi, sopir tidak boleh menjadi penumpang, agar kendaraan tidak berhenti di tengah jalan. Sedangkan sebagai penentu arah kebijakan jamiyah di tingkat cabang, Syuriyah harus jelas memberikan peta jalan agar roda jamiyah tidak berhenti di jadikan tumpangan.
Oleh karena itu dalam membangun struktur jamiyah, tak cukup bagi Sudrajat hanya melakukan penguatan sumber daya manusia, akan tetapi Integritas dan kapabilitas juga bagian dari keutamaan pengurus.
Melalui konfercab tahun ini Sudrajat Kentas Pribadi berharap, jamiyah NU Solo memiliki ketua yang mampu menghadapi berbagai tantangan jaman tanpa meninggalkan ruh dari misi dan visi para pendiri pendirinya.