Muhammadiyah Resmikan Program Air Bersih di Desa Tliu NTT, Warga Sambut Gembira

NTT, Kabarjoglo.com – Muhammadiyah hadir di Desa Tliu, Amanuban, Timor Tengah Selatan, Nusa Tenggara Timur melalui program pembangunan air bersih. Program tersebut mendapat sambutan hangat dari warga sekitar.

Kodir, Ketua Pimpinan Cabang Muhammadiyah Amanuban NTT menyebut hadirnya air dan layanan pendidikan di Tliu adalah bukti nyata dari jamaah yang bekerja keras dan cerdas untuk mewujudkannya. Menurut Kodir, hadirnya air di Tliu bahkan bisa dimanfaatkan secara lebih luas karena bukan hanya digunakan di Desa Tliu saja.

“Sudah ada tiga kampung yang mendapatkan manfaatnya, selain itu air juga dimanfaatkan untuk masjid, sekolah, juga pertanian,” jelasnya.

Sementara itu, Thimotius Natonis, selaku Kepala Desa Tliu menyampaikan apresiasi dan terima kasihnya atas kehadiran Muhammadiyah di Desa Tliu. Ia menyampaikan kehadiran air bersih di Tliu yang diinisiasi Muhammadiyah ini membawa manfaat yang seluasnya bagi masyarakat di Tliu yang dihuni warga dengan tiga agama (Kristen Protestan, Islam & Katolik).

“Bukan saya punya atau bapak ibu punya, kita berpegang pada bahasa bahwa air bersama, Muhammadiyah bersama, pendidikan kita bersama, maka jalan Tliu adalah jalan bersama,” tegasnya.

Nurul Yamin, Ketua Majelis Pembinaan Masyarakat Pimpinan Pusat Muhammadiyah (MPM PP Muhammadiyah) dan Sekretaris Panitia Pusat Muktamar 48 Muhammadiyah dan ‘Aisyiyah menyampaikan bahwa program air bersih di Desa Tliu ini berjalan melalui suatu proses yang sangat panjang, mulai dari satu kesadaran bersama dari masyarakat Tliu itu sendiri. Muhammadiyah khususnya cabang Amanuban Timur berpikir dan bertindak bagaimana mengatasi satu persoalan bersama yang dihadapi masyarakat. Masalah tersebut adalah ketersediaan air yang mencukupi mengingat kondisi di Amanuban timur juga rawan ketersediaan sumber air.

“Program ini mendapat dukungan dari para pihak dan masyarakat di Desa Tliu, mulai dari Bapak Ketua Adat, Perangkat Desa, juga melibatkan sinergi dan kolaborasi di internal persyarikatan Muhammadiyah seperti Perguruan Tinggi,” ungkapnya.

Yamin menambahkan dari permasalahan yang dialami masyarakat, MPM Muhammadiyah kemudian berupaya bersama masyarakat. Sekitar tahun 2019, sumber air sudah ditemukan.

“Namun, kita kaji terlebih dahulu kapasitasnya, kita kaji terlebih dahulu kebutuhan masyarakatnya sehingga pada hari ini bisa kita resmikan,” ungkapnya.

Kerja dakwah Muhammadiyah ini disebut Yamin merupakan merupakan suatu dakwah yang secara langsung bersentuhan dengan kebutuhan masyarakat dan kebutuhan bersama. Yamin berharap kehadiran Muhammadiyah dapat selalu membawa manfaat bagi bersama.

“Pemberdayaan masyarakat yang dilakukan Muhammadiyah bukan semata-mata persoalan kemanusiaan, melainkan itu berderap dan bergerak karena kesadaran illahiyah-Nya karena Muhammadiyah adalah gerakan Islam Amar Ma’ruf, tetapi di dalam hal kemanusiaan menganut prinsip Rahmatan lil ‘Alamin,” jelasnya.

Sementara itu, Sofyan Anis, Rektor Universitas Muhammadiyah Surakarta yang juga pernah berkunjung ke Tliu merupakan saksi sejarah bagaimana kondisi di Tliu saat itu tepatnya sekitar tahun 2017. Ia yang berkunjung dan melakukan pembangunan beberapa ruang kelas menyebut keterbatasan air sangat terasa.

“Keterbatasan sumber daya air yang bisa kita peroleh, kebutuhan masjid saja belum bisa terpenuhi untuk wudhu, ini adalah rencana Allah Swt karena yang kita lakukan adalah untuk membangun masyarakat yang islami, penuh toleransi, di Desa Tliu ini ada dari beragam agama, tentu ini merupakan rahmat Allah Swt,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Sofyan berjanji setelah pelaksanaan Muktamar 48 yang mana UMS merupakan tuan rumah, ia beserta tim akan berkunjung kembali ke Tliu untuk melakukan survei. “Bukan hanya untuk menyempurnakan pembangunan air yang ada, tetapi juga kita berusaha memanage sumber daya air yang ada di sana sehingga bukan hanya Desa Tliu, tetapi juga desa tetangganya bisa menikmati air bersih ini,” ungkapnya.

Sofyan menyebut akan melibatkan teman-teman dari Perguruan Tinggi Muhammadiyah yang lain dan meningkatkan sumber daya alam yang lain seperti jagung dan pisang yang belum dibudidayakan secara maksimal. “Dengan adanya air ini kita bisa memaksimalkan sumber daya alam yang ada di sana sehingga bisa menjadi potensi pengembangan potensi di masyarakat sehingga Tliu bisa menjadi daerah Muhammadiyah yang berkemajuan.”

Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang, Zainur Wula, menyebutkan bahwa hasil yang diperoleh ini bisa tercapai maksimal bukan karena upaya sendiri, akan tetapi ada kontribusi dan kerja sama termasuk dari berbagai Perguruan Tinggi Muhammadiyah di Indonesia. Di Tliu ini, Zainur menyebut Muhammadiyah bukan hanya telah membangun program air bersih, melainkan telah melakukan pembangunan SD Muhammadiyah Tliu yang diresmikan pada tahun 2019 oleh Ketua Umum PP Muhammadiyah.

“Pada waktu itu baru ada tiga lokal, dan didorong terus oleh Ketum untuk melakukan kolaborasi dan koordinasi finansial dengan berbagai Perguruan Tinggi,” terang Zainur. Ia menyebut PTM seperti UMY, UMS, UHAMKA, telah mendukung pembangunan sarana pendidikan yang terus berlanjut hingga kini.

Terwujudknya program air bersih ini disebut Zainur bukan hanya karena Muhammadiyah, melainkan yang paling penting adalah masyarakat setempat yakni masyarakat Tliu yang di bawah PCM dan Kepala Desa, Toko Agama, dan Tokoh Masyarakat dari lintas agama memberikan supporting yang kokoh.

“Persatuan mereka mendorong lahirnya air bersih dan sekolah-sekolah di Tliu ini adalah kontribusi dari semua pihak. Kami berharap kehadiran air dapat semakin memperkokoh persatuan, kesatuan, dan kerukunan masyarakat Tliu,” ungkapnya.

Zainur menyampaikan akan terus berkoordinasi untuk dapat mewujudkannya sehingga juga dapat mewujudkan Muhammadiyah untuk semua, air untuk semua, dan sekolah untuk semua. “Air tidak akan berhenti, tetapi terus berlanjut dari generasi dan generasi, begitu juga pendidikan di Tliu ini akan diupayakan mendirikan sekolah tingkat selanjutnya,” jelasnya.

Rektor UHAMKA, Gunawan Suryoputro menyampaikan apresiasinya kepada MPM PP Muhammadiyah juga kepada Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang yang telah menggunakan berbagai upaya dan bekerja keras melakukan strategi serta analisa tajam untuk memetakan permasalahan yang ada di Desa Tliu ini.

UHAMKA menurut Gunawan telah sejak kepemimpinan Rektor yang sebelumnya turut berupaya mendukung dakwah Muhammadiyah di Desa Tliu ini dan kontribusi yang saat ini diberikan oleh UHAMKA senilai 200 juta rupiah adalah hal yang seharusnya. Menurutnya ke depan UHAMKA akan terus bersama Muhammadiyah memberikan kontribusi bagi Desa Tliu. “Tentu masalahnya pasti banyak dan tentu kita terus mengidentifikasi satu persatu kebutuhan utama yang diperlukan oleh masyarakat.”

Pos terkait

Tinggalkan Balasan