Satgas Konga XXIII-R UNIFIL Pulang dengan Kepala Tegak: Bukti Ketangguhan Prajurit Cakra di Panggung Internasional

Sukoharjo — Matahari baru saja naik ketika derap langkah tegap prajurit terdengar menyatu di lapangan Yonif 413/Bremoro.  26 April 2025 Sabtu pagi itu tak hanya menjadi saksi kembalinya para penjaga perdamaian dari Lebanon, tetapi juga jadi simbol pengabdian yang tak kenal batas bagi bangsa dan dunia.

Upacara penyambutan Satgas Kontingen Garuda XXIII-R/UNIFIL Yonif 413 berlangsung dalam suasana yang penuh khidmat dan bangga. Dipimpin langsung oleh Panglima Divisi Infanteri 2 Kostrad, Mayjen TNI Susilo, S.I.P., kegiatan tersebut dihadiri oleh Kepala Staf Divif 2 Kostrad Brigjen TNI Riyanto, S.I.P., Bupati Sukoharjo, jajaran Forkopimda, serta keluarga para prajurit yang tak kuasa menahan haru.

Bacaan Lainnya

Sebanyak lebih dari 850 personel Yonif Mekanis 413/Bremoro—yang tergabung dalam Satgas Konga 23R—telah menyelesaikan tugas selama satu tahun penuh di Lebanon, sebagai bagian dari misi perdamaian di bawah Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun lebih dari sekadar misi internasional, ini adalah kisah pengabdian, ketangguhan, dan semangat tak kenal lelah dari pasukan yang mengusung semboyan “Cakra”.

Misi yang Tak Hanya Soal Senjata

Dalam amanatnya, Mayjen Susilo menyampaikan bahwa keberadaan pasukan bukan hanya soal menjaga keamanan wilayah konflik, tetapi juga membangun kedekatan emosional dengan masyarakat sipil.

“Prajurit kita tidak hanya hadir sebagai peacekeeper, tapi juga menjadi wajah kemanusiaan Indonesia di mata dunia,” ujar Susilo dengan nada bangga.

Melalui program Civil-Military Cooperation (CIMIC), para prajurit turut mengajar anak-anak setempat, membantu layanan kesehatan, bahkan membangun sarana umum seperti taman bermain dan ruang belajar. Tidak sedikit pula dari mereka yang memperkenalkan budaya Indonesia lewat tarian tradisional, makanan khas, dan bahasa.

Keberhasilan menjalankan misi ini tak lepas dari kemampuan beradaptasi serta kecakapan berkomunikasi para prajurit dalam menghadapi situasi kompleks di perbatasan Lebanon-Israel—wilayah yang setiap saat berpotensi memanas.

“Kami tahu betul risikonya. Tapi tugas kami jelas: menjaga perdamaian, tak memihak, dan tetap manusiawi,” ujar salah satu perwira Satgas yang enggan disebutkan namanya.

Dari Papua ke Lebanon: Proses yang Tak Instan

Penunjukan Yonif 413 sebagai kontingen perdamaian bukan keputusan mendadak. Satuan ini sebelumnya telah mencatatkan prestasi membanggakan dalam misi dalam negeri, termasuk di daerah rawan seperti Papua dan perbatasan Indonesia-Timor Leste.

“Saya tahu betul bagaimana 413 bekerja di Papua. Saya ada di sana. Mereka bukan hanya kuat secara fisik, tapi punya hati yang besar untuk rakyat,” kenang Pangdiv dengan suara mantap, merujuk pengalamannya saat menjabat di wilayah timur Indonesia.

Menurutnya, keberhasilan dalam operasi domestik menjadi modal penting sebelum diamanahi misi internasional. Dari proses seleksi, latihan keras berstandar PBB, hingga simulasi situasi konflik—semuanya dijalani dengan serius dan totalitas.

Kembali Utuh, Kembali Terhormat

Satu hal yang membuat momen ini semakin menggugah adalah fakta bahwa seluruh personel kembali dalam kondisi aman dan lengkap. Tak ada korban, tak ada pelanggaran. Sebuah pencapaian yang tak hanya mencerminkan disiplin, tapi juga kesolidan dan profesionalisme.

“Tidak semua berasal dari Yonif 413. Tapi saat kalian bertugas, yang kalian bawa adalah nama satuan, nama Kostrad, dan nama bangsa. Dan kalian tidak mengecewakan,” tegas Susilo di hadapan para prajurit.

Dalam kesempatan itu, ia juga mengingatkan bahwa pencapaian besar tak seharusnya membuat jemawa. Justru, prestasi adalah landasan untuk terus rendah hati dan memperbaiki diri.

“Belajarlah dari padi. Semakin berisi, semakin menunduk,” ucapnya mengutip filosofi Jawa.

Untuk Generasi Muda: TNI Milik Rakyat

Sambutan hangat dari masyarakat dan para pejabat sipil menjadi sinyal kuat bahwa kehadiran TNI di masyarakat bukan hanya dilihat dari kekuatan militernya, tapi juga dari nilai-nilai kemanusiaan yang dibawa. Ini pula yang ditekankan Pangdiv kepada generasi muda.

“Tak harus menjadi prajurit untuk mengabdi. Tapi kalau kalian ingin menjadi bagian dari TNI, lakukan dengan cara yang benar, tunjukkan prestasi. Karena TNI berasal dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat,” tutupnya.

Penutup: Sebuah Catatan Kembali dari Medan Damai

Pulangnya Satgas Konga XXIII-R/UNIFIL bukanlah akhir dari perjalanan, tapi awal dari tanggung jawab baru: menjaga semangat pengabdian tetap menyala di dalam negeri. Dan bagi Yonif 413 Bremoro, hari ini bukan hanya tentang pulang ke rumah—tetapi pulang dengan membawa nama baik Indonesia yang harum di pentas dunia.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan