Pada akhir abad ke-13 sebuah Kerajaan besar mulai bangkit di Asia Tenggara yang sekarang dikenal dengan nama Kerajaan Majapahit. Kerajaan ini dengan ibukotanya di Trowulan yang sekarang Indonesia adalah mercusuar kekuasaan dan pengaruh yang memperluas jangkauannya dari Sumatra hingga New Guinea.
Kerajaan Majapahit mewujudkan zaman keemasan kemakmuran dan ekspresi artistik di wilayah tersebut meninggalkan warisan budaya abadi di narasi utama ini terdapat sosok yang sangat penting Diah Pitaloka Lahir di keluarga kerajaan Sunda, Diah Pitaloka bukan hanya seorang putri tetapi pion politik dan simbol aliansi strategis.
Kepentingannya terukir dalam catatan sejarah khususnya dalam konteks perang antara Kerajaan Majapahit dan Kerajaan Sunda pada tahun 1331 ketika panggung dipersiapkan untuk pergantian peristiwa Majapahit yang dramatis. kerajaan di bawah kekuasaan Hayam Wuruk berusaha memperluas wilayah dan pengaruhnya, Hayam Wuruk mengusulkan pernikahan politik dengan Diah Pitaloka sebuah persatuan yang akan menggabungkan kedua kerajaan, tetapi ketika roda waktu berputar Kerajaan Sunda salah menafsirkan proposal ini sebagai kunjungan diplomatik terkemuka, Kesalahpahaman yang tragis rombongan Sunda termasuk Diah pitaloka tiba di Trowulan dengan tujuan untuk membina hubungan diplomatik.
Mereka tidak menyadari motif tersembunyi Majapahit, panggung telah diatur untuk apa yang kemudian dikenal sebagai insiden kelelawar tentara Majapahit di bawah komando Gajam Mada. mengepung delegasi Sunda yang tidak bersenjata menuntut penyerahan Diah Pitaloka, yang terjadi kemudian adalah pembantaian karena delegasi Sunda memilih untuk berperang sampai mati daripada menyerahkan putri tercinta mereka.
Pertempuran tersebut merupakan tontonan suram dari kekuatan militer Majapahit yang berujung pada kematian tragis dari delegasi Sunda dan Diah pitaloka sendiri yang memilih bunuh diri daripada jatuh ke tangan Majapahit.
Peristiwa Bubat menandai titik balik yang signifikan dalam sejarah kerajaan majapahit itu merupakan bukti ambisi kejam Gajah Mada dan sejauh mana ia akan memperluas wilayah Majapahit Pasca perang, reputasi Kerajaan Majapahit ternoda oleh darah delegasi Sunda. Peristiwa itu menyebabkan hubungan yang pahit antara Majapahit dan Kerajaan Sunda, sehingga membayangi kejayaan Kerajaan Majapahit.
Kesimpulannya, perang untuk Diah Pitaloka bukan hanya tentang perluasan wilayah tetapi sebuah kisah tragis tentang miskomunikasi dan ambisi yang kejam. Perang ini berfungsi sebagai pengingat akan harga kekuatan dan korban jiwa dalam Perang. Gema perang ini masih bergema dalam sejarah Perang Diah Pitaloka. Sejarah Asia Tenggara mengingatkan kita akan keperkasaan Kerajaan Majapahit dan nasib tragis Diah Pitaloka