SUROTO, S.PD : KEGIATAN MENULIS KREATIF SASTRA PADA SISWA SEBAGAI WUJUD GERAKAN LITERASI SEKOLAH

Suroto, S.Pd guru SMKN 9 Surakarta (foto : istimewa)
Suroto, S.Pd guru SMKN 9 Surakarta (foto : istimewa)

Proses pembelajaran sastra di sekolah saat ini menekankan penerapan literasi sekolah. Gerakan literasi sekolah adalah gerakan mengenalkan anak-anak pada dunia membaca, mengenalkan buku-buku sastra sejak dini dan membiasakan anak-anak untuk berlatih menulis.

Pada prosesnya dalam tahap pembiasaan, iklim literasi sekolah diarahkan pada pengadaan dan pengembangan lingkungan fisik, serta budaya membaca seperti: buku-buku nonpelajaran (novel, kumpulan cerpen, buku ilmiah populer, majalah, komik, dsb).
Menurut Retnaningdyah (2016: 2) literasi sekolah dalam konteks Gerakan Literasi Sekolah (GLS) adalah kemampuan mengakses, memahami, dan menggunakan sesuatu secara cerdas melalui berbagai aktivitas, antara lain membaca, melihat, menyimak, menulis, dan/atau berbicara. GLS merupakan sebuah upaya yang dilakukan secara menyeluruh untuk menjadikan sekolah sebagai organisasi pembelajaran yang warganya literat sepanjang hayat melalui pelibatan publik.

Keempat keterampilan berbahasa, seperti disebutkan di atas, bukanlah semata-mata kemampuan bawaan yang dimiliki seorang siswa, melainkan hasil dari proses belajar dan berlatih secara terus menerus. Selain itu, adanya dorongan yang kuat dan peran aktif guru turut menentukan keterampilan berbahasa seorang siswa. Artinya, keterampilan itu tidak hanya ditentukan oleh siswa itu sendiri, tetapi juga ditentukan oleh faktor eksternal, misalnya kemampuan guru dalam memilih teknik pembelajaran yang dapat menggugah siswa untuk terampil berbahasa atau peran serta seluruh stakeholder yang menjadi bagian dari sekolah dan masyarakat yang mendukung Gerakan Literasi Sekolah.
Pembinaan Gerakan Literasi Sekolah khususnya menulis karya sastra, pada dasarnya, adalah suatu usaha untuk memunculkan potensi kreatif pada diri peserta pembinaan dalam bentuk tulis. Hal ini berarti pembinaan menulis karya sastra memiliki dua tanggung jawab utama. Tanggung jawab pertama adalah memunculkan potensi kreatif dalam bidang kesastraan, seperti mengembangkan ide: (a) mengembangkan ide dengan memanfaatkan imajinasi dan fakta lapangan, (b) menjabarkan ide ke dalam cerita dan tokoh, (c) menunjukkan kepiawaian “bertutur” dalam plot dan penokohan. Untuk itu, pembinaan menulis karya sastra tidak boleh bersifat top down dan mencetak penulis menurut versi pembinanya. Tanggung jawab kedua adalah mengembangkan kemampuan menuangkan potensi kreatif tersebut ke dalam bentuk tulis, yang meliputi (a) penguasaan bahasa secara fully fledge, (b) kemampuan
menata “tuturan” dalam bahasa yang tepat dan berpijak pada karakter tokoh dan alur cerita, serta (c) kemampuan menerapkan aturan kepenulisan seperti penulisan paragraph, dialog, dan penerapan ejaan. Oleh karena itu, usaha pembinaan menulis karya sastra harus dilandasi oleh kemampuan kesastraan, kebahasaan, kekulturan, dan psikologi.
Kondisi pembinaan menulis karya sastra saat ini masih jauh dari situasi ideal. Di antara dua tanggung jawab utama, pembina cenderung timpang pada satu sisi. Hal itu pun belum sepenuhnya optimal. Pembinaan kadang-kadang lebih menekankan pada satu sisi baik orisinalitas ide, kemerdekaan imajinasi, teknik menulis, atau memasukkan kediriannya dalam diri peserta didik. Melalui abdimas ini, diharapkan kegiatan literasi sekolah khususnya menulis kreatif dalam bidang sastra dapat mengenalkan bagaimana menulis karya sastra dilandasi oleh kemampuan kesastraan, kebahasaan, budaya, dan kejiwaan penulisnya.

Materi yang perlu dijelaskan pada peserta didik adalah seputar dunia sastra, misalnya pemahaman puisi dan sturktur yang membangun puisi serta cerpen dan unsur-unsurnya. Selain itu juga manfaat dari menulis kreatif sastra.

Metode demonstrasi digunakan untuk menyajikan secara langsung contoh praktik menulis kreatif baik menulis puisi ataupun cerpen. Menurut Huda (2014: 232) demonstrasi adalah penyajian pelajaran dengan memperagakan dan mempertunjukkan suatu proses, situasi, atau benda tertentu yang sedang dipelajari baik dalam bentuk sebenarnya maupun dalam bentuk tiruan yang dipertunjukkan oleh pengajar atau sumber belajar lain di depan seluruh siswa. Metode ini bertujuan agar siswa dapat dengan mudah dan jelas melakukan praktik menulis kreatif karya sastra.

Metode lain yang digunakan dalam kegiatan sosialisasi menulis karya sastra ini adalah brainstorming. Metode brainstorming adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dalam kelompok yang peserta didiknya memiliki latar belakang pengetahuan dan pengalaman yang berbeda-beda. Setiap siswa pada umumnya memiliki kemampuan dan pengetahuan menulis yang berbeda-beda. Bagaimana dengan satu tema dapat menjadikan berbagai jenis tulisan yang bervariasi. Kegiatan ini dilakukan untuk menghimpun gagasan atau pendapat dalam rangka menemukan, memilih, dan menentukan berbagai pernyataan sebagai jawaban terhadap pertanyaan yang berkaitan dengan kebutuhan belajar, sumber-sumber, hambatan, dan lain sebagainya.
Menurut White (2000: 18) brainstorming adalah cara yang efektif dan banyak digunakan untuk memperoleh gagasan. Gagasan yang diperoleh dapat berupa gagasan dan konten yang aktual, atau gagasan yang berfungsi untuk mengorganisasikan ide. Dalam metode brainstorming ini terdapat tahapan-tahapan yang harus dilalui sebagai berikut.

Pemberian Informasi dan Motivasi
Pada tahap ini guru memberikan materi ajar dan latar belakangnya, lalu mengajak siswa agar aktif dan memberikan tanggapannya.

Identifikasi
Siswa diajak memberikan sumbang saran dan gagasan sebanyak-banyaknya dan ditampung tanpa dikritik secara langsung.

Klasifikasi
Mengklasifikasikan berdasarkan criteria yang disepakati oleh kelompok. Klasifikasi juga bisa didasarkan faktor-faktor lain yang mendukung

Verifikasi
Meninjau kembali gagasan-gagasan yang telah diklasifikasikan. Setiap gagasan diuji relevansinya dengan masalah yang dibahas. Apabila terdapat kesamaan gagasan maka yang diambil yang relevan dengan pembahasan.

Konklusi
Guru memimpin para siswa untuk menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui atau disepakati bersama.

Pada tahap pemberian informasi dan motivasi ini, tim abdimas lebih menekankan pada contoh-contoh yang sederhana dalam pembuatan puisi yang sederhana. Sebagian contoh puisi yang ditampilkan adalah puisi-puisi Sapardi Joko Damono, Toto S Bachtiar, dan juga puisi-puisi karya tim abdimas.

Tahap selanjutnya, adalah identifikasi. Dalam tahap ini, tim abdimas meminta ide atau bertanya jawab tentang gagasan yang sedang diangkat dalam dunia pendidikan. Saran yang diminta oleh peserta didik adalah gagasan yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Oleh karena pendidikan karakter meliputi beberapa jenis, tim abdimas kembali menjelaskan hal tersebut
Ada empat jenis karakter yang selama ini dikenal dan dilaksanakan dalam proses pendidikan, yaitu:
pendidikan karakter berbasis nilai religius, yang merupakan kebenaran wahyu tuhan (konservasi moral).
pendidikan karakter berbasis nilai budaya, antara lain yang berupa budi pekerti, pancasila, apresiasi sastra, keteladanan tokoh-tokoh sejarah dan para pemimpin bangsa.
pendidikan karakter berbasis lingkungan (konservasi lingkungan).
pendidikan karakter berbasis potensi diri, yaitu sikap pribadi, hasil proses kesadaran pemberdayaan potensi diri yang diarahkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan (konservasi humanis) (Yahya Khan, 2010: 2).

Setelah diberikan penjelasan tentang pendidikan karakter, tahap selanjutnya adalah mengklasifikasikan berdasarkan kriteria dan memverifikasikan kembali gagasan yang muncul. Gagasan yang diambil tentu yang berkaitan dengan pendidikan karakter. Peserta didik menyepakati bersama tentang tema yang akan diangkat dalam antologi puisi mereka.

Kegiatan menulis kreatif sastra yang dilakukan pada hari pengembangan diri sekolah dapat membuahkan hasil yang baik dan bermanfaat bagi siswa terutama yang menyukai cipta sastra. Meskipun kegitan ini dilakukan satu hari penuh, siswa tidak merasa jenuh. Hal ini dilakukan dengan tiga metode yaitu ceramah berdiskusi yang menyenangkan, brainstorming penuh permainan, dan metode demonstrasi yang menarik dengan melibatkan tim abdimas baik dosen, mahasiswa maupun alumni yang sudah banyak menuliskan karya sastra. Karya seseorang merupakan gagasan dan ungkapan murni dirinya yang patut dihargai. Oleh karena itu, hasil luaran kegiatan ini adalah antologi puisi karya siswa-siswa peserta sosialisasi ini. Diharapkan kegiatan ini dalam berlangsung secara rutin di setiap sekolah sehingga di masa muda para siswa sudah terbiasa berkarya dan gerakan literasi sekolah menjadi gerakan yang terwujud secara nyata dan manfaatnya dapat dirasakan oleh generasi penerus bangsa,

Pos terkait

Tinggalkan Balasan