Wawan Budi Susanto, S.Pd Guru Fisika SMA Negeri 1 Surakarta : Kombinasi Pembelajaran Fisika Synchronous dan Asynchronous di Masa Pandemi Covid 19

Wawan Budi Susanto, S.Pd Guru Fisika SMA Negeri 1 Surakarta

Solo, Kabarjoglo.com – Di masa Pandemi Covid 19, pembelajaran di sekolah termasuk salah satu aspek yang terkena dampak. Untuk mencegah klaster penularan Covid 19, Kemendikbud mengambil kebijakan tentang Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Hal ini, merupakan salah satu bentuk perubahan yang cukup signifikan dan mendadak atau yang dikenal dengan istilah disrupsi. Keberadaan teknologi informasi digital menjadi sangat berarti untuk menunjang PJJ tersebut khususnya dalam mata pelajaran Fisika. Kombinasi Pembelajaran dengan Synchronous dan Asynchronous dapat menjadi salah satu alternatif solusi yang diterapkan di masa pandemi.

Akibat adanya pandemi, pembelajaran perlu penyesuaian tidak seperti biasanya tatap muka di kelas, melainkan dilaksanakan secara jarak jauh. Untuk menghubungkan interaksi antara peserta didik dan guru, dibutuhkan media teknologi informasi dan teknik pembelajaran yang bervariatif agar informasi konten pembelajaran yang disiapkan guru dapat diterima dan diakses oleh peserta didik dengan baik. Dalam hal ini, akan diuraikan mengenai kombinasi pembelajaran secara synchronous dan asynchronous yang dapat diterapkan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajarnya secara umum, atau secara khusus untuk mata pelajaran Fisika di SMA.

Pembelajaran secara synchronous adalah pembelajaran di mana antara peserta didik dan guru berinteraksi pada waktu yang sama sehingga memungkinkan komunikasi dua arah atau respon – umpan balik bisa berlangsung seketika. Ketika guru menjelaskan materi, siswa menyimak secara langsung dan dapat memberikan respon berupa pertanyaan dan kemudian dijawab secara langsung juga. Pembelajaran ini terbatasi oleh jadwal yang telah dibuat sebelumnya melalui media yang disepakati antara guru dan peserta didik. Jika peserta didik melewatkan pembelajaran ini karena sesuatu hal, maka peserta didik akan tertinggal informasi konten materi pembelajaran saat itu. Hal ini akan berdampak pada pemahaman yang diterima oleh peserta didik menjadi berkurang, apalagi jika konten materi pembelajaran memiliki karakteristik prasyarat dan urutan seperti mata pelajaran Fisika. Misalnya untuk belajar Dinamika Gerak, peserta didik harus mempelajari dan memahami terlebih dahulu Kinematika Gerak.
Karena perbedaan zona waktu yang cukup signifikan, pembelajaran synchronous memiliki konsekuensi dalam pengaturan waktu sinkronisasi menjadi sulit. Contoh konkretnya, jika peserta didik bersekolah di luar negeri misalnya di Amerika, karena pandemi dia pulang ke Indonesia. Beda zona waktu antara Amerika dan Indonesia sekitar 12 jam, artinya jika waktu di Amerika siang maka waktu di Indonesia malam. Dari ilustrasi ini bisa dibayangkan, bagaimana peserta didik di Indonesia harus mengikuti pembelajaran yang disampaikan oleh gurunya dari Amerika saat waktu di zona Indonesia merupakan waktu untuk orang sedang istirahat tidur. Konsekuensi ini mungkin tidak dialami jika keduanya berada pada zona waktu yang sama.

Pembelajaran secara asynchronous adalah pembelajaran dimana peserta didik mengakses konten materi pembelajaran secara mandiri kapanpun dan dimanapun sesuai dengan kesiapan dan kenyamanan peserta didik dengan batas waktu tertentu fleksibel yang ditentukan oleh guru. Dalam hal ini, pengorganisasian konten pembelajaran secara sistematis menjadi sangat penting dilakukan agar dapat diakses dan dapat dipahami dengan mudah oleh peserta didik. Teknik pembelajaran secara asynchronous akan melengkapi kelemahan pembelajaran secara synchronous yang telah diuraikan sebelumnya dimana peserta didik yang tidak dapat mengikuti langsung (synchronous) pembelajaran karena sesuatu hal, masih dapat mengakses konten materi pembelajaran tersebut yang masih tersedia secara asynchronous.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran secara asynchronous adalah bahwa untuk respon – umpan balik tidak bisa langsung diterima melainkan akan ada jeda. Oleh karena itu, guru perlu senantiasa mengecek platform media yang digunakan sebagai Learning Management System (LMS) agar jeda tersebut tidak sampai menjadi kendala dalam interaksi kegiatan belajara mengajar antara peserta didik dan guru. Contoh platform media yang dapat digunakan untuk pembelajaran Fisika secara synchronous menggunakan google meet (https://meet.google.com/) yang dipadukan dengan papan tulis online virtual google (https://jamboard.google.com/). Agar lebih optimal dalam menulis di papan tulis online tersebut, guru sebaiknya menggunakan pen tablet karena dalam Fisika banyak persamaan atau rumus yang lebih mudah ditulis dari pada diketik saat pembelajaran langsung secara live. Untuk keperluan kombinasi pembelajaran asynchronous-nya guru dapat menggunakan software OBS (https://obsproject.com/) untuk merekamnya di Channel Youtube. Rekaman pembelajaran tersebut masih bisa diakses berkali-kali walaupun pembelajaran live sudah berakhir. Link rekaman di youtube tersebut perlu disimpan atau dishare dalam suatu LMS misalnya Google Classrom (https://classroom.google.com/), Microsoft Teams Office 365 yang gratis untuk pendidikan, Google Site (https://sites.google.com/) atau di blog (https://www.blogger.com/).

Contoh penerapan pembelajaran Fisika secara asynchronous untuk aspek keterampilan pokok bahasan Getaran Harmonis kelas X SMA peserta didik diberikan link akses konten simulasi percobaan ayunan sederhana di alamat http://bit.ly/simulasi-percobaan-ayunan dengan tujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi periode getaran pada ayunan sederhana tersebut. Simulasi percobaan pertama, dengan variabel panjang tali yang diubah-ubah, peserta didik diminta mengayunkan bandul sekaligus dengan memulai perekaman waktu yang dibutuhkan untuk 10 kali getaran. Pada saat menarik bandul ayunaan, usahakan sudut simpangannya tidak melebihi sudut 15( agar bandul dapat bergerak harmonis. Kemudian, pada saat melepaskan bandul usahakan tidak memberikan dorongan (memberi gaya tambahan), namun cukup melepaskan saja sehingga terjadi gerak ayunan. Dari simulasi ini, peserta diminta untuk membuat tabel dengan kolom panjang tali dan periode getaran. Jika data dalam tabel sudah lengkap, peserta didik diminta membuat grafik hubungan antara panjang tali (di sumbu x) dan periode getaran (di sumbu y). Pembuatan tabel dan grafik ini bisa menggunakan bantuan google spreadsheet (https://docs.google.com/spreadsheets).
Simulasi percobaan kedua, dengan mengubah-ubah variabel besaran massa bandul. Sama seperti simulasi pertama, peserta didik diminta mengayunkan bandul dengan sudut simpangan sama seperti simulasi pertama sekaligus dengan memulai perekaman waktu yang dibutuhkan untuk 10 kali getaran Melalui simulasi ini, peserta didik akan memperoleh tabel data dan grafik hubungan antara massa bandul (di sumbu x) dan periode getaran (di sumbu y). Untuk simulasi percobaan ketiga, dengan mengubah-ubah nilai percepatan gravitasi / tempat percobaan.Sudut simpangan dan jumlah getaran ayunan juga masih sama seperti simulasi yang pertama. Untuk friction (gesekan udara dengan ayunan), peserta didik diminta membuat kondisi yang sama untuk ketiga simulasi percobaan. Dengan demikian, akan diperoleh tabel data dan grafik hubungan antara percepatan gravitasi (di sumbu x) dan periode getaran (di sumbu y). Hasil laporan dapat dibuat dengan media google slide (https://docs.google.com/presentation) yang memungkinkan kolaburasi kelompok antara peserta didik secara synchronous untuk bersama-sama menganalisis tabel data dan grafik hasil simulasi percobaan sehingga bisa disimpulkan faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi periode gerak harmonis ayunan. Paparan laporan yang telah dibuat bersama secara kolaburasi kelompok dapat kemudian dipresentasikan secara langsung pada saat pembelajaran synchronous dengan guru menggunakan google meet atau microsoft teams office 365.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan