RANGKAIAN TINGALAN JUMENENGAN K.G.P.A.A MANGKOENAGORO X

Solo, Kabarjoglo.com – Bersamaan dengan momentum masa imlek dan Cap Go Meh, Mangkunegaran menghadirkan serangkaian acara dalam rangka memperkokoh hubungan dengan masyarakat Tionghoa yang sejak dahulu sampai sekarang memiliki hubungan kekerabatan yang terjalin dengan baik. Kegiatan ini menjadi pengingat bahwa Mangkunegaran dalam perkembangannya telah mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan masyarakat yang salah satunya berasal dari masyarakat Tionghoa. Rangkaian dibuka dengan kegiatan Kegiatan Bersih-Bersih
Menyambut Tahun Baru Imlek di Mangkunegaran pada tanggal 9 Februari 2024, lalu dilanjutkan dengan Mangkunegaran MakaN-MakaN pada tanggal 23 sampai dengan 25 Februari 2024, serta Royal Golden Dinner pada tanggal 24 Februari 2024, dan ditutup dengan Pertunjukan Wayang Potehi pada tanggal 25 Februari 2024.

Mangkunegaran
Mangkunegaran sebagai salah satu rumah bagi budaya Nusantara, membuka pintu selebar-lebarnya bagi semua insan dari berbagai ragam kultur yang ada di Indonesia. Mangkunegaran berperan aktif membentuk ruang bagi perkembangan budaya Nusantara.

Mangkunegaran dalam hal ini juga turut merangkul elemen masyarakat untuk bersama-sama menciptakan sebuah langkah kecil untuk perubahan yang lebih besar. Melalui momentum tersebut, Mangkunegaran akan menggelar rangkaian kegiatan yang mengusung tema Hanebu Sauyun. Mangkunegaran memaknai prinsip Hanebu Sauyun, kalamun ta keleban banyu tan ana kang pinilih sebagai sebuah semangat sinergitas, modal awal, kekuatan untuk membuat kita tumbuh berkembang menjadi bangsa yang besar.

Berdasarkan catatan sejarah, hubungan baik antara Mangkunegaran dan masyarkat Tionghoa telah terjalin sejak kepemimpinan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro I, yang bersahabat baik dengan komandan Tionghoa terkemuka pada tahun 1740-1743. Pada masa pemerintahan K.G.P.A.A. Mangkoenagoro IV, kerjasama dengan masyarkat Tionghoa menjadi puncaknya dengan bantuan bantuan dari Be Bin Cian, seorang mayor Tionghoa di Semarang dalam pembangunan Pabrik Gula Colomadu tahun 1861. Pada era K.G.P.A.A. Mangkoenagoro VII, hubungan antara Mangkunegaran dengan masyarakat Tionghoa semakin erat dengan kolaborasi bersama pengusaha batik Lie Wat Djien yang menghasilkan berdirinya Wayang Orang Sono Harsono di kota Surakarta.

Pada tahun ini K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X, sebagai langkah memperkokoh hubungan baik yang terjalin antara Mangkunegaran dan masyarakat Tionghoa, menyelenggarakan serangkaian acara Tingalan Jumenengan bertajuk Cap Go Meh 2024.

Bersih-Bersih Menyambut Tahun Baru Imlek di Mangkunegaran
Mangkunegaran bersama dengan Komunitas Masyarakat Tionghoa di Kota Solo, menginisiasi pelaksanakan kegiatan 过年期间打扫房子 (Guònián qíjiān dǎsǎo fángzi: Membersihkan rumah saat Tahun Baru Imlek) di area Mangkunegaran. Kegiatan ini diikuti oleh 3 komunitas masyarakat Tionghoa, diantaranya: 1) Paprika (muda mudi Hakka); 2) Pakin (Pemuda Khong Hu Cu); dan 3) SYC (Solo Youth Club, muda mudi PMS) bersama dengan segenap abdi dalem Mangkunegaran. Kegiatan bersih-bersih di Mangkunegaran bersama komunitas masyarakat Tionghoa di kota Solo menjadi gerbang pembuka bagi Mangkunegaran untuk memperkokoh keberagaman dan juga sebagai bentuk perayaan atas eksistensi kebudayaan di Nusantara.

Mangkunegaran MakaN-MakaN
Mangkunegaran MakaN-MakaN merupakan wadah yang diinisiasi oleh K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X sebagai unit usaha lokal untuk masyarakat Solo serta memberdayakan para abdi dalem di bawah naungan Mangkunegaran. Transformasi MakaN-MakaN mencerminkan upaya memajukan ekonomi melalui kolaborasi dan mendukung kesejahteraan masyarakat Mangkunegaran.

Mangkunegaran MakaN-MakaN Cap Go Meh menghadrikan festival kuliner serta panggung gelar budaya akulturasi Jawa dan Tionghoa. Acara ini dibuka oleh Gusti Raden Ajeng Ancillasura Marina Sudjiwo selaku Pengageng Kawedanan Panti Budaya Praja Mangkunegaran bersama dengan Sumartono Hadinoto selaku perwakilan masyarakat Tionghoa di Kota Solo. Acara pembukaan Mangkunegaran MakaN-MakaN dimeriahkan dengan sajian Tumpeng Nusantara yang berisi jajanan pasar campuran Jawa dan Tionghoa serta pertunjukan Barongsai dari SD Widya Wacana dan juga Reog dari Seni Reog Singo Rodho.

Festival kuliner yang berlangsung selama 3 hari ini diisi 50 lebih tenant kuliner yang menjajakan berbagai macam makanan percampuran Tionghoa dan Jawa. Panggung gelar budaya menampilkan beberapa pertunjukan, mulai dari wayang beber dengan cerita Awatara oleh Lesbumi PCNU Kota Surakarta, musik etnik oleh Kabesami ISI Surakarta, penampilan musik oleh Pusat Bahasa mandarin UNS, musik keroncong oleh Alunan Semut Ireng, dan penampilan musik oleh Eloiuse Band, Sharin Band, serta Pilipe Jaz Music.

Royal Golden Dinner
Sebagai wujud keterbukaan Mangkunegaran, Royal Golden Dinner menyajikan jamuan akulturasi Jawa dan Tionghoa, serta menghadirkan berbagai pertunjukan yang memadukan dua kebudayaan tersebut. Acara Royal Golden Dinner didukung penuh oleh Kamar Dagang dan Industri Indonesia Komite Tiongkok (KIKT) dan diikuti oleh Kanjeng Gusti Adipati Arya Mangkoenagoro X, Gusti Kanjeng Putri Mangkoenagoro IX, Garibaldi Thohir, Kanjeng Pangeran Haryo Benny Irawan, Sumartono Hadinoto, para sadherek dalem, serta tamu undangan lainnya.

Sajian Royal Golden Dinner oleh Pracimasana dibuat dengan memadukan resep-resep klasik khas Mangkunegaran dengan menu-menu cita rasa kuliner khas masyarakat Tionghoa. Set menu dimulai dengan sajian telur teh, pastry buah persih, yee sang tuna carpaccio, sup tomat, mie kering lobster, bebek panggang saus apel, lontong cap go meh, dendeng age, dan jeruk mandarin.

Pada acara dinner yang bertajuk hanebu sauyun ini, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X memberikan Partisoro atau pemberian gelar kepada Kanjeng Raden Tumenggung Tedi Bharata dan Ni Ngabehi Clarissa Kwok, yang sudah teruji memberikan kontribusi terhadap Mangkunegaran. Ni.Ng. Clarissa Kwok menjadi salah satu bukti, bahwa Mangkunegaran didukung oleh beragam kalangan termasuk masyarakat Tionghoa. Pada kesempatan ini, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X bersama dengan G.K.P. Mangkoenagoro IX juga memberikan sebuah penghargaan, tanda kehormatan yang ditujukan kepada dr. Lo Siaw Ging atas kemurahan hati dan dedikasinya untuk masyarakat khususnya di kota Solo. Royal Golden Dinner ikut dimeriahkan dengan penampilan beksan balet kolaborasi antara
Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran dengan Ballet.id, penampilan musik oleh Endah Laras dan Woro Mustiko, penampilan tarian Srimpi Muncar oleh Kawedanan Panti Budaya Mangkunegaran, pertunjukan  wayang potehi oleh Lima Merpati, pesta kembang api, dan penampilan barongsai serta liong oleh SD Widya Wacana.

Gelar Budaya, Pertunjukan Wayang Potehi
Sebagai langkah dalam rangka memperkokoh keberagaman dan juga sebagai bentuk perayaan atas eksistensi kebudayaan di Nusantara, Mangkunegaran menggelar pertunjukan Wayang Potehi di Mangkunegaran. Melalui rangkaian ini, K.G.P.A.A. Mangkoenagoro X memanggil grup Wayang Potehi Hok Ho An/Fu He An dari daerah Gudo, Jombang untuk menampilkan wayang potehi dengan cerita Lie Sie Bin naik tahta menjadi pewaris kerajaan Tay Song

Pos terkait

Tinggalkan Balasan