Solo – warga Langensari Baluwarti, Solo, merayakan tradisi adat ruwahan menjelang bulan suci Ramadhan. Acara ini bertujuan mengirim doa untuk arwah para leluhur, sanak, dan saudara yang telah meninggal. Setiap bulan ruwah dalam penanggalan Jawa, tradisi ini diiringi solawat macapat Wedhatama, sebuah kidung langka lelagon Jawa dari para wali.Kamis (28/2) kemarin malam.
Sebagai penerus ajaran walisongo, sebelum melantunkan kidung solawat macapat, mereka mengirim doa tawasul untuk para leluhur. Sudrajat Kenthas Pribadi, pengrawit kemanak Solawat Macapat Wedhatama, berharap pesan dalam kidung tersebut memberikan manfaat bagi hadirin. Tradisi ini tidak hanya menjaga warisan budaya dan ajaran walisongo tetapi juga sebagai pengingat kepada leluhur.
Dalam tradisi ruwahan, selain membaca doa tahli’ untuk ahli kubur, warga juga bersolawat untuk Kanjeng Nabi Muhammad SAW. Sudrajat mengungkapkan harapannya agar Allah memberikan ridha melalui kekasih-Nya untuk memberikan berkah kesehatan, kemakmuran, dan keselamatan bagi bangsa dan negara Indonesia.
Lebih dari sekadar mempertahankan tradisi, tradisi ruwahan memiliki dampak positif pada masyarakat. Melalui sedekah, kebersamaan, dan kerukunan, warga diajak membangun kepedulian dan meningkatkan kesejahteraan bersama. Sudrajat berpesan agar tradisi ini terus dibangun dan dijaga, karena tidak hanya bernilai Islami tetapi juga memberikan kontribusi positif dalam membangun kerukunan sosial di tengah masyarakat.